oleh Sylvia Pricylia Octaviany Dewi
A. Asal Mula Reog Ponorogo
Meski terdapat berbagai versi terkait asal mula reog,
tapi cerita yang paling populer dan berkembang di masyarakat adalah cerita
tentang pemberontakan seorang abdi kerajaan pada masa kerajaan Majapahit
terakhir Bhre Kertabhumi yang bernama Ki Ageng Kutu Suryonggalan. Bhre
Kertabhumi merupakan raja Majapahit yang berkuasa pada abad ke-15. Raja ini
sangat korup dan tidak pernah memenuhi kewajiban layaknya seorang raja,
sehingga membuat Ki Ageng Kutu murka kepada sang raja. Apalagi terhadap
permaisurinya yang keturunan Cina itu memiliki pengaruh kuat terhadap kerajaan.
Bukan hanya itu saja, rekan-rekan permaisurinya yang keturunan Cina mengatur
dari atas segala gerak-geriknya. Ki Ageng Kutu memandang, kekuasaan Kerajaan
Majapahit akan berakhir. Lalu dia meninggalkan sang raja dan mendirikan
perguruan yang mengajarkan seni bela diri, ilmu kekebalan diri, dan ilmu
kesempurnaan kepada anak-anak muda. Harapannya, anak-anak muda ini akan menjadi
bibit dari kebangkitan kerajaan Majapahit kembali. Sukur-sukur bisa melakukan
perlawanan terhadap kerajaan. Hanya saja, Ki Ageng Kutu menyadari, bahwa
pasukannya terlalu kecil melakukan perlawanan terhadap pasukan kerajaan. Maka
dari itu, Ki Ageng Kutu hanya bisa menyampaikan pesan dan sindirian melalui
pertunjukan seni Reog. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun
perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog. Seni reog digunakan
oleh Ki Ageng Kutu sebagai sarana mengumpulkan massa untuk melakukan perlawanan
terhadap kerajaan. Hal terpenting adalah sebagao saluran komunikasi yang
efektif bagi penguasa pada waktu itu untuk menyindirnya. Dalam pertunjukannya, ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal
sebagai \\\"Singa barong\\\". Kemudian topeng berbentuk raja hutan,
yang menjadi simbol untuk Kertabhumi. Diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak
hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan
Cinanya. Jatilan, diperankan oleh kelompok penari gemblak yang menunggangi
kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit. Ini menjadi
perbandingan kontras dengan kekuatan warok, yang berada dibalik topeng badut merah
yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu. Jathilan merupakan tarian yang
menggambarkan ketangkasan prajurit berkuda yang sedang berlatih di atas kuda.
Tokohnya disebut dengan Jathil. Sementara Warok adalah orang yang memiliki
tekad suci, memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih.
Kepopuleran Reog Ki Ageng Kutu akhirnya menyebabkan Bhre Kertabhumi mengambil tindakan dan menyerang perguruannya. Pemberontakan oleh warok dengan cepat diatasi, dan perguruan dilarang untuk melanjutkan pengajaran akan warok. Namun murid-murid Ki Ageng kutu tetap melanjutkannya secara diam-diam. Meski begitu, kesenian Reog sendiri masih diperbolehkan untuk dipentaskan karena sudah menjadi pertunjukan populer di antara masyarakat, namun jalan ceritanya memiliki alur baru di mana ditambahkan karakter-karakter dari cerita rakyat Ponorogo yaitu Kelono Sewandono, Dewi Songgolangit, dan Sri Genthayu.
Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo
yang berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning Namun, di tengah
perjalanan ia dicegat oleh Raja Singabarong dari Kediri. Pasukan Raja
Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan
Ponorogo Raja Kelono dan Wakilnya Bujang Anom, dikawal oleh warok (pria
berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini memiliki ilmu hitam
mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri dan
Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam
keadaan \\\"kerasukan\\\" saat mementaskan tariannya.
Versi lainnya mengenai asal-usul Reog adalah cerita
tentang perjalanan Prabu Kelana Sewandana mencari gadis pujaannya. Sang Prabu
ditemani prajurit berkuda dan patihnya yang setia bernama Pujangganong. Sang
prabu menemukan pujaan hatinya, ia jatuh hatu kepada putri Kediri yang bernama
Dewi Sanggalangit. Putri Kediri ini mau menerima Prabu Kelana asal dengan satu
syarat, sang prabu harus bisa menciptakan sebuah kesenian baru. Diciptakanlah
kesenian tersebut yang dikenal dengan reog dengan memasukan unsur mistis yang
kekuatan spiritual, sehingga memberikan nafas pada kesenian Reog Ponorogo.
B. Pengklaiman Oleh Negara Tetangga
Sebagai warga
negara Indonesia, tentunya kita sudah mengenal beberapa kesenian daerah yang
ada di negara kita. Mulai dari wayang kulit, ketoprak, ludruk, dan lain-lain.
Salah satu kesenian daerah yang cukup terkenal dari Ponorogo adalah kesenian
Reog. Di Ponorogo sendiri, biasanya kesenian Reog digelar untuk memperingati
acara-acara tertentu seperti grebeg suro dan lain-lain.
Pada tahun
2007, Malaysia , melakukan klaim atas kesenian Reog Ponorogo. Hal ini tentu
saja sangat menggegerkan masyarakat Indonesia. Bagaimana tidak? Sudah sangat
jelas jika Reog Ponorogo adalah kesenian tradisional yang berasal dari Jawa
Timur. Malaysia mengklaim Reog Ponorogo sebagai kesenian miliknya dengan nama
Barongan. Di atas kepala singa diberi tulisan “Malaysia” untuk mempengaruhi
orang-orang agar seakan-akan kesenian ini berasal dari Malaysia dan anehnya
lagi menurut mereka munculnya kesenian ini berasal dari kisahnya Nabi Sulaiman.
Pada Kamis, 29 November 2007, pemerintah Malaysia melalui Duta Besar Malaysia untuk Indonesia, Zainal Abidin Mohammad Zin menyatakan jika Reog tetap milik bangsa Indonesia. Beliau menyatakan hal tersebut di depan kantor Kedubes Malaysia, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan. Tetapi, memang kebudayaan tersebut telah disebarkan di Johor dan Selangor oleh masyarakat Ponorogo yang tinggal di Malaysia sejak bertahun-tahun lalu. Zainal yang mengenakan baju koko berwarna biru itu juga menegaskan sejarah berkembangnya Reog Ponorogo di Malaysia yang disebut sebagai Tarian Barongan.
"Sejarahnya, rakyat Ponorogo pernah hijrah ke Johor dan Selangor. Anak cucu dari rakyat ini mengembangkan kebudayaan Reog Ponorogo yang mereka bawa dari Ponorogo. Namun,
tetap saja asal-usul budaya ini adalah milik bangsa Indonesia." paparnya.
tetap saja asal-usul budaya ini adalah milik bangsa Indonesia." paparnya.
C. Apa Kabar Reog Ponorogo Kini?
Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa yang menjadi warisan leluhur mereka sebagai warisan budaya yang sangat kaya. Dalam pengalamannya seni reog merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada secara turun-temurun dan terjaga. Upacaranya pun menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jelas. Mereka menganut garis keturunan parental dan hukum adat yang masih berlaku.
Namun, perubahan zaman dan perilaku manusia menyebabkan terjadinya pergeseran makna yang terkandung dalam kesenian Reog Ponorogo. Masyarkat Ponorogo saat ini menganggap kesenian Reog merupakan pelengkap dari sebuah acara atau hanya berupa hiburan saja. Misalnya pementasan Reog dilombakan hanya pada acara-acara tertentu saja.
Sebagai generasi muda Indonesia, sudah sepantasnya bukan jika kita melestarikan kebudayaan negeri sendiri? Jika bukan kita, siapa lagi? Jika bukan sekarang, kapan lagi?
Referensi
http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/865/reog-ponorogo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar