MUSIK KERONCONG DAN PERKEMBANGANNYA DI ERA MODERNISASI
Aditya Reza Nugratama
1506761356
A.
SEJARAH MUSIK KERONCONG
Keroncong
merupakan salah satu jenis musik yang dibawa oleh bangsa portugis sekitar abad
ke-16. Pada abad ke 16 inilah, bangsa Portugis membawa pengaruh fado ke Indonesia. Fado merupakan tradisi
tutur dalam bermusik di Portugis. Biasanya mengenai perjalanan mengarungi
lautan, kemiskinan dan kesedihan. Bisa dibilang, bahwa catatan awal mengenai
sejarah lahir dan berkembangnya keroncong, adalah hasil percampuran budaya
bermusik para budak yang dibawa Portugis dan budaya Indonesia. Percampuran
budaya bermusik ini, awalnya disebut moresco. Moresco/Moresko merupakan musik dengan tarian dari
bangsa atau kaum Moor/Moorish (kaum muslim berasal dari Moro, yakni orang kulit
hitam yang berasal dari Pantai Utara Afrika) yang tinggal di Portugis.
Pada abad ke 19 musik ini berubah secara
pelafalannya sesuai lidah orang Indonesia, menjadi Keroncong. Alasannya
sederhana, “Karena musik ini berbunyi creng-crong.” Ada pula yang menyebutkan
bahwa asal mula nama Keroncong berasal dari suara kerincing Rebana. Pendapat
masyarakat ini bisa benar, bisa juga tidak. Dalam buku Ensiklopedi Jakarta
mengenai Keroncong menyebutkan bahwa asal mula ‘keroncong’ berasal dari Bahasa
Portugis yakni jukulele (ukulele) dalam Bahasa Portugis disebut dengan nama
croucho, yang artinya kecil (untuk menyebut ukulele sebagai gitar dengan ukuran
kecil).
Kerocong
berbaur dengan budaya lokal Indonesia, selain dimainkan dengan biola dan
sebagainya, biasanya musik ini dimainkan dengan sitar dan gamelan lalu
dinyanyikan dengan lagu-lagu bernuansa tradisional Jawa yakni Langgam Jawa. Dengan
kata lain Keroncong berbaur menjadi musik folk baru di Indonesia
atau “mempribumikan” musik ini dengan menambahkan unsur tradisional Indonesia.
Musik
keroncong lebih condong pada progresi akord dan jenis alat yang digunakan.
Sejak pertengahan abad ke-20 telah dikenal paling tidak tiga macam keroncong,
yang dapat dikenali dari pola progresi akordnya. Bagi pemusik yang sudah
memahami alurnya, mengiringi lagu-lagu keroncong sebenarnya tidaklah susah,
sebab cukup menyesuaikan pola yang berlaku. Pengembangan dilakukan dengan
menjaga konsistensi pola tersebut. Selain itu, terdapat pula bentuk-bentuk
campuran serta adaptasi.
B.
MUSIK KERONCONG DI ERA MODERNISASI
Perkembangan
music keroncong tidak lepas dari perkembangan music yang ada di dunia. Dimulai
dari perkembangan music pop pada tahun 1950-an dan 1960-an, lahir lah band-band
popular di dunia, dan akhirnya mempengaruhi perkembangan musik di Indonesia.
Modernisasi
yang diakibatkan oleh globalisasi, merupakan sebuah bentuk transformasi dari keadaan
yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik dengan harapan
akan tercapai kehidupan masyarakat yang lebih maju, berkembang, dan makmur. Dan
cikal bakal modernisasi akibat dari majunya tekologi, informasi dan komunikasi
di dunia.
Dengan kemajuan teknologi, bangsa Indonesia
mulai menyerap musik-musik dunia, dan meleburkannya dengan music Indonesia.
Termasuk juga keroncong, yang sudah
mulai berubah dari mainstream-nya.
Keroncong modern, yang sekarang mungkin bisa didengar, sedikit mirip dengan
alunan music pop. Banyak musisi yang bereksplorasi dengan music keroncong ini,
ada yang menyatukannya dengan musik jazz, folk, bahkan rock. Mungkin pembaca
bisa melihat grup music seperti ‘Payung Teduh’ yang mengawinkan music keroncong
dengan folk jazz.
Dan datanglah ketakutan, bahwa musik
keroncong akan punah, dengan datangnya berbagai jenis musik yang ada di dunia.
Masyarakat sekarang lebih munyukai musik-musik yang easy-listening. Tetapi,
jenis musik seperti itu kadang tidak
akan bertahan lama, dan lalu digantikan oleh musik-musik lain yang sama halnya.
Sangat berbeda sekali dengan music keroncong yang enak untuk didengar dan juga
bertahan lama. Akan tahan lama jika masyarakat kita lebih melestarikannya,
lebih merawat musik itu. Dan terlebih, masyarakat seharusnya tidak terbawa
dengan pengaruh barat dan tidak mengindahkan budaya tanah airnya sendiri.
Banyak seni yang terbuang sia-sia karna hanya sedikit masyarakat yang
melestarikannya. Peran masyarakat dan juga mungkin pemerintah sangatlah penting
untuk menjaga dan melestarikan seni dan budaya Negara kita, sehingga tidak ada
lagi seni yang terbuang dan tidak diperhatikan.
C. PENUTUP,
KESIMPULAN DAN SARAN
Sebagai
penutup, saya hanya ingin masyarakat lebih melestarikan music keroncong ini.
Tidak hanya di bidang music, tapi di semua bidang seni atau budaya yang ada di
Negara ini untuk dirawat dan dijaga. Karna seni dan budaya amerupakan identitas
negeri ini, tanpa adanya seni, maka kita tidak tahu apalagi yang akan kita
indahkan di negeri ini.
Maka
mari, saya mengajak semua pembaca agar lebih sadar dan tidak perlu terlena
dalam alur modernisasi dan lupa dengan budaya tanah airnya sendiri, karna jika
bukan kita, masyarakat Indonesia siapa lagi yang akan melestarikannya? Saya malu
jika melihat banyak warga asing yang malah melestarikan budaya negeri ini.
Maka
dari itu, mari kita lestarikan sni dan budaya yang ada di Indonesia, agar kita
tidak kehilangan identitas kita.
Terima
Kasih
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar