Mempertahankan
Kesenian Tradisional Tari Remo
Oleh:
Chandra Hakim Yudhistira - 1506714334
A. Mengenal Tari Remo
1. Apakah yang
dimaksud dengan Tarian Remo?
Tari Remo
(atau terkadang disebut juga Remong) adalah sebuah tarian yang lahir dari
kawasan budaya Arek, di bagian pusat Jawa Timur. Dalam sejarahnya, Tari Remo
ini diciptakan oleh orang-orang yang berprofesi sebagai penari keliling (tledhek)
di Desa Ceweng, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang. Pada perkembangan
selanjutnya, seiring berkembangnya kesenian Ludruk di tengah masyarakat sekitar
abad ke 19, Tari Remo digunakan menjadi tarian pembuka dari pentas pertunjukan
Ludruk. Sebelum seorang pemain Ludruk membawakan kidungan dan parikan,
Tari Remo ditampilkan sebagai pembuka dan ucapan selamat datang bagi para
hadirin yang menyaksikan. Begitu lekatnya Ludruk dengan Tari Remo, sehingga
kedua produk seni tersebut menyatu menjadi sebuah paket pertunjukan yang
masing-masing tidak bisa dipisahkan. Setelah Indonesia merdeka, lambat laun
fungsi dan posisi Tari Remo semakin berkembang. Tari Remo kini sering digunakan
sebagai tarian penyambutan tamu-tamu istimewa, seperti pejabat, delegasi asing,
dan lain sebagainya.
.
2. Asal usul Tarian
Remo
Awalnya, Tari Remo
adalah tarian yang khusus dibawakan oleh kaum pria. Hal ini berkaitan dengan
cerita atau tema dari Tari Remo itu sendiri. Tari Remo bercerita tentang
kepahlawanan seorang pangeran yang berjuang dalam medan pertempuran. Untuk itu,
sisi maskulin dalam Tari Remo sangat ditonjolkan. Namun dalam perkembangannya,
banyak kaum perempuan yang tertarik untuk belajar dan membawakan Tari Remo,
bahkan kini Tari Remo banyak ditarikan oleh perempuan. Walaupun demikian,
busana ala pria yang digunakan sebagai kostum Tari Remo tidak banyak diubah,
meski yang menarikannya seorang perempuan.
3. Alunan Musik Tarian
Remo yang Memiliki Ciri Khas
Irama
musik yang mengiringi Tari Remo ini adalah seperangkat gamelan,
yang biasanya terdiri atas bonang barung atau babok, bonang penerus, saron,
gambang, gender, slenthem, siter, suling, kethuk, kenong, kempul, dan gong.
Gamelan yang digunakan sama seperti gamelan yang digunakan untuk mengiringi
pentas pertunjukan Ludruk, menggunakan larasslendro. Kecuali untuk Remo
Putri yang sudah berkembang menjadi Tari Beskalan, gamelan yang digunakan
menggunakan laras pelog.
Adapun jenis irama yang sering dibawakan untuk mengiringi Tari Remo adalah irama Jula-Juli dan Tropongan, namun dapat pula berupa gending Walangkekek, Gedok Rancak, Krucilan atau gending-gending kreasi baru. Berbeda dengan tari-tarian Jawa yang lain, Tari Remo hanya diiringi dengan instrumen tanpa seorang waranggana atau sinden yang membawakan tembang. Jika Tari Remo dibawakan sebagai pembuka pertunjukan Ludruk, penari biasanya juga menyanyikan sebuah lagu di tengah-tengah tariannya. Dilihat dari hal tersebut, tentunya selain prigel menari, penari Remo juga harus mahir dalam seni olah suara.
Berkat nuansa
kemegahan yang ditampilkan dari gaya busana, irama gamelan yang mengiringi, dan
serta gerakan dinamis dan gagah dari Tari Remo, membuat tarian ini terkesan
eksklusif dan menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Jawa Timur. Tari
Remo yang semula hanya ditarikan oleh satu orang penari saja, lambat laun
kemudian ditarikan pula oleh beberapa orang dalam sebuah pentas, yang
menjadikan Tari Remo semakin indah karena memiliki pola koreografi tersendiri.
Bahkan di era sekarang, di beberapa kota di Jawa Timur, khususnya Jombang dan
Surabaya, sering diadakan Festival Remo Massal sebagai event tahunan,
selain juga untuk menarik minat wisatawan agar berkunjung ke kota tersebut.
B.
Tarian Remo di Masa Kini
Banyak sekolah-sekolah di Jawa Timur, khususnya di wilayah budaya Wetanan seperti Surabaya, Jombang, Malang, Pasuruan, dan sekitarnya, menjadikan Tari Remo sebagai salah satu bidang ekstrakurikulernya. Tarian ini sangat diminati oleh generasi muda, terbukti dengan pekan seni atau lomba Remo yang banyak diramaikan oleh penari generasi muda.
Sebagai sebuah
tarian yang sangat dibanggakan masyarakat Jawa Timur, eksistensi Tari Remo
untuk saat ini memang tidak dalam keadaan mengkhawatirkan. Karena masih sangat
banyak generasi muda yang mau belajar, atau paling tidak bangga dengan
keberadaan Tari Remo. Beberapa waktu yang lalu, di sebuah festival kebudayaan
di Surabaya, sempat disinggung sebuah jargon “Dudu arek Suroboyo lek gak
seneng Ngremo !”, yang berarti “bukan anak Surabaya jika tidak suka Tari
Remo”. Hal ini menandakan begitu lekatnya Tari Remo dengan masyarakat budaya
Wetanan, sehingga Remo menjadi maskot bagi wilayah budaya tersebut. Dan
tentunya, menilik karakter dari masyarakat budaya wetanan (khususnya Surabaya)
yang sangat membanggakan daerah asalnya, masyarakat daerah ini sudah pasti
bangga jika Tari Remo terus lestari, bahkan berkembang hingga ke daerah lain di
luar Jawa Timur.
C.
Nilai-Nilai Dibalik Tarian Remo
Sebagai sebuah tarian yang sangat dibanggakan masyarakat Jawa Timur, eksistensi Tari Remo untuk saat ini memang tidak dalam keadaan mengkhawatirkan. Karena masih sangat banyak generasi muda yang mau belajar, atau paling tidak bangga dengan keberadaan Tari Remo. Beberapa waktu yang lalu, disebuah festival kebudayaan di Surabaya, sempat disinggung sebuah jargon "Dudu arek Suroboyo lek gak seneng Ngremo !", yang artinya "bukan anak Surbaya jika tidak suka Tari Remo. Hal ini menanadakan begitu lekatnya Tari Remo dengan masyarakat budaya Wetanan, sehingga Remo menjadi maskot bagi wilayah budaya tersebut. Dan tentunya, mimiliki karakter dari masyarakat budaya wetanan (khususnya Surabaya) yang sangat membanggakan daerah asalnya, masyarakat daerah ini sudah pasti bangga jika Tari Remo terus lestari, bahkan berkembang hingga ke daerah lain di luar Jawa Timur.
Sebagai sebuah tarian yang sangat dibanggakan masyarakat Jawa Timur, eksistensi Tari Remo untuk saat ini memang tidak dalam keadaan mengkhawatirkan. Karena masih sangat banyak generasi muda yang mau belajar, atau paling tidak bangga dengan keberadaan Tari Remo. Beberapa waktu yang lalu, disebuah festival kebudayaan di Surabaya, sempat disinggung sebuah jargon "Dudu arek Suroboyo lek gak seneng Ngremo !", yang artinya "bukan anak Surbaya jika tidak suka Tari Remo. Hal ini menanadakan begitu lekatnya Tari Remo dengan masyarakat budaya Wetanan, sehingga Remo menjadi maskot bagi wilayah budaya tersebut. Dan tentunya, mimiliki karakter dari masyarakat budaya wetanan (khususnya Surabaya) yang sangat membanggakan daerah asalnya, masyarakat daerah ini sudah pasti bangga jika Tari Remo terus lestari, bahkan berkembang hingga ke daerah lain di luar Jawa Timur.
D. Akankah Kesenian Tari Remo Tetap Eksis di Masyarakat
Umum?
Begitu
pentingnya kesenian tradisional tari Remo bagi generasi muda dan tidak hanya di
Jawa Timur saja generasi muda melestarikannya melainkan juga kewajiban seluruh
masyarakat Indonesia karena tari Remo merupakan salah satu kekayaan budaya seni
tari di Indonesia. Sehingga, alangkah baiknya apabila kita menjaga
kekayaan warisan budaya leluhur kita ini, dan menjunjunganya hingga ke kancah
internasional sebagai wujud rasa cinta dan kebanggaan terhadap kesenian tradisianal
kita.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar