Jumlah Dalang Wayang Kulit di
Jawa Timur Berkurang
Oleh : Maulida Husna (1506761330)
A.
Profesi sebagai Dalang
Dewasa
ini banyak sekali profesi bermunculan. Berbagai profesi dengan keahlian yang
bermacam-macam. Profesi unik yang dibahas dalam artikel ini adalah dalang atau
pemain kesenian wayang. Salah satu faktor penyebab merosotnya kesenian di
Indonesia adalah tidak adanya regenerasi pemain atau pelaku seni. Dalam seni wayang
kulit, dalang menjadi tumpuan utama jalannya pertunjukkan, tanpa kehadiran
seorang dalang, wayang tidak dapat dipentaskan. Di Jawa Timur, keberadaan
dalang mulai menurun jumlahnya.
Dalam
pagelaran wayang, dalang menempati peran dan posisi yang sangat sentral.
Ungkapan Jawa dhalange
mangkel, wayange dipendem menunjukkan betapa besar peranan dalang
dalam pagelaran wayang. Dalang merupakan sutradara sekaligus tokoh utama dalam
pagelaran. Ia adalah penutur kisah, penyanyi lagu (suluk) yang mengajak
memahami suasana pada saat-saat tertentu, pemimpin suara gamelan yang
mengiringi, dan di atas segalanya, dalang merupakan pemberi jiwa pada wayang
atau pelaku-pelaku manusianya (Von Groenendael, 1987).
B.
Kondisi Dalang dari Masa ke Masa
Beberapa ahli berpendapat bahwa arti
istilah dalang dalam konteks banyak dalang adalah salah satu dari macam alat
peralatan tradisional keraton Jawa. Prof. Winter menerangkan tentang dalang anteban
ialah sebagai peneranganing laki-rabi atau tanda perkawinan berupa emas.
Dalam buku Renungan Pertunjukan Wayang Kulit karya Dr.Seno
Sastroamidjojo disebutkan bahwa kata dalang berasal dari kata Wedha dan Wulang.
Adapun yang dimaksud Wedha adalah kitab suci agama Hindu yang memuat ajaran
agama, peraturan hidup dan kehidupan manusia di dalam masyarakat, terutama yang
menuju ke arah kesempurnaan hidup. Wulang berarti ajaran atau petuah, mulang
berarti mengajar. Istilah dalang adalah seorang ahli yang mempunyai
kejujuran dan kewajiban memberi pelajaran wejangan, uraian atau tafsiran
tentang kitab suci Wedha beserta maknanya kepada masyarakat. Dalang juga
berasal dari kata dalung atau disebut blencong, yaitu alat penerang
tradisional. Dengan adanya pendapat tersebut fungsi dalang di masyarakat adalah
sebagai juru penerang. Dalang berasal dari kata Angudal Piwulang. Angudal
artinya menceritakan, membeberkan, mengucapkan dan menerangkan seluruh isi
hatinya. Piwulang artinya petuah atau nasehat. Dengan pendapat tersebut
maka dalang adalah seorang pendidik atau pembimbing masyarakat atau guru
masyarakat. Istilah dalang berasal dari kata Talang artinya saluran air pada
atap. Jadi kata dalang disamakan dengan talang yang dapat diartikan sebagai
saluran air. Dalam hal ini, dalang dimaksud sebagai penghubung atau penyalur
antara dunia manusia dan dunia roh.
Profesi
dalang masih bisa dihitung jari di negeri ini jumlahnya. Bahkan pekerjaan
sebagai dalang banyak yang menganggap bukanlah suatu pekerjaan yang menjanjikan
untuk masa depan. Kenapa? Karena di Jaman yang sudah serba instant dan digital
ini masyarakat cenderung memilih hiburan yang lebih mudah diperoleh dan umum
adanya. Padahal wayang adalah salahsatu warisan budaya Indonesia yang telah
tercatat di UNESCO. Seni pewayangan padahal mengandung estetika yang kaya
peran, misalnya sang dalang bisa jadi sutradara pementasan, menjadi pemain dan
menjadi penyampai media hiburan serta pesan moral. Maka seni pewayangan yang
melibatkan dalang sebagai penggeraknya patut dilestarikan dan dipelihara agar
tidak punah ditelan jaman.
Data Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi)
Jawa Timur menyebutkan pada 2015 jumlah dalang sebanyak 1.600 orang atau sama
dengan data pada 2006. ”Jumlahnya stagnan,” ujar Sekretaris Pepadi Jawa Timur
Sukatno dalam pengukuhan pengurus Pepadi Bojonegoro, Rabu, 3 Juni 2015. Minimnya
sekolah dalang, kata dia, menyebabkan profesi ini cenderung menurun. Di Jawa
Timur terdapat sekolah formal pedalangan, yaitu Sekolah Menengah Karawitan
Indonesia (SMKI) di Surabaya. Namun namanya diubah menjadi Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri 9 Surabaya. Di sekolah
ini terdapat jurusan pedalangan yang tiap tahun jumlah lulusannya sekitar 15
orang. Di luar sekolah formal biasanya ada pula calon dalang yang belajar
dengan metode nyantrik
atau langsung kepada dalang senior.
Belajar langsung kepada dalang senior, kata Sukatno, lebih memudahkan kaderisasi. Misalnya, jika di Jawa Timur ada 1.600 dalang, maka jika ada satu atau dua orang yang nyantrik, prosesnya lebih lancar karena bisa belajar sekaligus praktek. Menurut Sukatno profesi dalang masih cukup menjanjikan. Setidaknya, tarif sekali mendalang di Jawa Timur bisa sebesar Rp 40 juta. Bila sudah terkenal seperti Ki Anom Suroto atau Ki Manteb Sudarsono, tarifnya tarifnya mencapai Rp 90 juta hingga Rp 100 juta. ”Jadi ini profesi yang menarik,” tutur Sukatno yang juga Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur ini. Wakil Bupati Bojonegoro Setyo Hartono menambahkan "Profesi dalang harus dilestarikan karena kesenian wayang merupakan peninggalan leluhur yang adiluhung."
Belajar langsung kepada dalang senior, kata Sukatno, lebih memudahkan kaderisasi. Misalnya, jika di Jawa Timur ada 1.600 dalang, maka jika ada satu atau dua orang yang nyantrik, prosesnya lebih lancar karena bisa belajar sekaligus praktek. Menurut Sukatno profesi dalang masih cukup menjanjikan. Setidaknya, tarif sekali mendalang di Jawa Timur bisa sebesar Rp 40 juta. Bila sudah terkenal seperti Ki Anom Suroto atau Ki Manteb Sudarsono, tarifnya tarifnya mencapai Rp 90 juta hingga Rp 100 juta. ”Jadi ini profesi yang menarik,” tutur Sukatno yang juga Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur ini. Wakil Bupati Bojonegoro Setyo Hartono menambahkan "Profesi dalang harus dilestarikan karena kesenian wayang merupakan peninggalan leluhur yang adiluhung."
C.
Regenerasi Dalang Melalui Sekolah
Dalang Bocah
Solusi
untuk melestarikan budaya ini salah satunya adalah dengan cara melakukan
regenerasi profesi dalang diseluruh penjuru negeri, melalui sekolah dalang
bocah. Dengan regenerasi budaya ini akan senantiasa hidup dan berkembang dari
zaman ke zaman.
Memang tak mudah
untuk melakukan regenerasi ini, apalagi untuk menggiring opini anak-anak agar
menyukai seni wayang dan tertarik untuk menjadi dalang. Maka dari itu mulai
dari sekarang untuk minat dalam seni wayang dan pedalangan bisa kita
perkenalkan sedikit demi sedikit dan bertahap, bisa melalui dongeng kisah para
tokoh pewayangan atau menyaksikan langsung pagelaran wayang. Siapa lagi yang
akan menjaga warisan budaya leluhur kita jika bukan kita sendiri?
Referensi
http://psbtik.smkn1cms.net/bse/smk/smk10%20Pedalangan%20Supriyono.pdf
http://news.liputan6.com/read/343/profesi-dalang-terancam-punah
http://seleb.tempo.co/read/news/2015/06/03/114671841/jumlah-dalang-wayang-kulit-di-jawa-timur-cenderung-turun
http://www.kompasiana.com/brainy/dalang-bocah-penyelamat-regenerasi-pewayangan_5512df68813311754abc5fcc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar