Kamis, 05 November 2015

Ratu Nadia N Yasmina . 1506714441

Menurunnya Minat Bangsa Terhadap Musik Gamelan
                                                                           Oleh : Ratu Nadia N Yasmina

A.   Latar Belakang
Saya memilih Musik Gamelan karena menurut saya ini musik ini sudah punah karena adanya pengaruh musik luar yang sangat besar, kurangnya promosi musik tradisional, kemasan dan lagunya yang kurang berkualitas, kurangnya kesadaran akan kelestarian musik tradisional. Generasi muda jaman sekarang menganggap bawah kesenian itu kuno, dan ketinggalan jaman. Padahal dizaman sebelumnya seni ini merupakan seni yng paling diminati oleh masyarakat.
Tujuan dan harapan saya adalah semoga apa yang telah di kembangkan sejak dahulu hingga sekarang jangan sampai terlupakan. Karena kita sebagai generasi penerus bangsa harus mulai mengenalkan budaya yang lahir pada zaman dahulu kepada generasi penerus agar mereka mengetahui dan dapat melestarikan budaya yang ada agar budaya kita tidak diambil alih oleh negara lain
Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kebudayaan yang sangat beraneka ragam baik jumlahnya maupun keanekaragamannya, budaya merupakan identitas bangsa yang harus dihormati dan dijaga serta perlu dilestarikan agar kebudayaan kita tidak hilang dan bisa menjadi warisan cucu kita kelak. Hal ini tentu menjadi tanggung jawab para generasi muda dan juga perlu dukungan dari berbagai pihak, karena ketahanan budaya merupakan salah satu identitas suatu negara. Kebanggan bangsa Indonesia akan budaya yang beraneka ragam untuk mempertahankan budaya lokal agar tidak hilang ataupun dicuri oleh bangsa lain,sudah banyak kasus kebudayaan kita banyak yang dicuri oleh negara tetangga karena ketidakpeduliaannya para generasi penerus dan ini merupakan pelajaran yang sangat berharga karena kebudayaan Bangsa Indonesia adalah harta yang mempunyai nilai yang cukup tinggi dimata masyarakat dunia.





B.  Isi
                         i.          Apa itu gamelan ?
Gamelan Jawa merupakan seperangkat Alat Musik Tradisional Jawa yang biasanya terdiri dari Gong, Kenong, Gambang, Celempung serta beberapa alat musik pendamping lainnya, keistemewaan Alunan Musik Gamelan Jawa adalah cenderung bersuara lembut dan seperti sengaja menghadirkan suasana ketenangan jiwa, dimana hal itu diselaraskan dengan Prinsip Hidup Masyarakat Jawa pada umumnya. Instument Gamelan Jawa tidak bisa kita lepaskan dari pandangan Masyarakat Jawa yng cenderung memelihara keselarasan hidup baik jasmani maupun rohani, keadaan tersebut menjadikan Orang-orang Jawa selalu menghindari ekspresi tempramental dan berusaha mewujudkan toleransi antar sesama, Wujud paling nyata bisa kita dapati dalam musik gamelan adalah tarikan tali rebab yang sedang, panduan keseimbangan bunyi kenong, saron, kendhang dan gambang serta suara gong pada setiap penutup irama.
Komposisi musik gamelan diciptakan dengan beberapa aturan, yang terdiri dari beberapa putaran dan pethet. Dibatasi oleh satu gongan serta melodinya. Diciptakan dalam satu unit yang terdiri dari 4 nada . komponen utama alat musik gamelan adalah : bambu,logam,dan kayu. Masing-masing alat memiliki fungsi tersendiri dalam pagelaran musik gamelan . secara etimologi Gamelan berasal dari istilah Bahasa Jawa yakni “ Gamel “ yang berarti Menabuh/ Memukul dan akhiran “ An “ yang menjadikannya kata benda, jadi gamelan bisa diartikan Memukul / Menabuh Benda .



                       ii.          Sejarah, Jenis, dan Fungsi Gamelan
Awalnya, alat musik instrumen gamelan dibuat berdasarkan relief yang ada dalam Candi Borobudur pada abad ke-8. Dalam relief di candi tersebut,terdapat beberapa alat musik yang terdiri dari kendang, suling bambu, kecapi, dawai yang digesek dan dipetik, serta lonceng. Sejak itu, alat musik tersebut dijadikan sebagai alat musik daam alunan musik gamelan Jawa. Alat musik yang terdapat di relief Candi Borobudur tersebut digunakan untuk memainkan gamelan. Pada masyarakat jawa di Kerajaan Majapahit.
Menurut mitologi jawa, gamelan diciptakan oleh Hyang Guru pada Era Saka. Beliau adalah dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa, dengan istana yang berada di gunung Mahendra di daerah Medangkamulan ( sekarang gunung Lawu ). Alat musik gamelan yang pertama kali diciptakan adalah “ Gong “ , yang digunakan untuk memanggil para dewa.
          Istilah “ karawitan “ yang digunakan untuk merujuk pada kesenian gamelan banyak dipakai oleh kalangan masyarakat Jawa. Istilah tersebut mengalami perkembangan penggunaan maupun pemaknaannya. Banya orang memaknai  “ karawitan “ berangkat dari kata dasar “ rawit “ yang berarti kecil, halus atau rumit. Konon, dilingkungan Kraton Surakarta, istilah Karawitan pernah digunakan sebagai paying dari berbagai cabang kesenian seperti :  tatah sungging, ukir, tari, hingga pedhalangan      ( Supanggah,2002:5-6) .
Bukti otentik pertama tentang keberadaan gamelan ditemukan di Candi Borobudur, Magelang Jawa Tengah yang berdiri sejak abad ke-8. Pada relief-nya terlihat beberapa peralatan seperti suling bambu, lonceng, kendhang dalam berbagai ukuran, kecapi, alat musik berdawai yang digesek dan dipetik, termasuk sedikit gambaran tentang elemen alat musik logam. Perkembangan selanjutnya, gamelan dipakai untuk mengiringi pagelaran wayang dan tarian. Sampai akhirnya berdiri sebagai musik sendiri dan dilengkapi dengan suara para sinden.Gamelan yang berkembang di Jawa Tengah, sedikit berbeda dengan Gamelan Bali ataupun Gamelan Sunda.
Gamelan Jawa memiliki nada yang lebih lembut apabila dibandingkan dengan Gamelan Bali yang rancak serta Gamelan Sunda yang mendayu-dayu dan didominasi suara seruling. Menurut beberapa penelitian, perbedaan itu adalah akibat dari pengungkapan terhadap pandangan hidup “orang jawa” pada umumnya. Pandangan yang dimaksud adalah : sebagai orang jawa harus selalu “memelihara keselarasan kehidupan jasmani dan rohani, serta keselarasan dalam berbicara dan bertindak”. Oleh sebab itu, “orang jawa” selalu menghindari ekspresi yang meledak-ledak serta selalu berusaha mewujudkan toleransi antar sesama. Wujud paling nyata dalam musik gamelan adalah tarikan tali rebab yang sedang, paduan seimbang bunyi kenong, saron kendang dan gambang serta suara gong pada setiap penutup irama.

     Penalaan dan pembuatan orkes gamelan adalah suatu proses yang sangat kompleks. Gamelan menggunakan empat cara penalaan, yaitu “sléndro”, “pélog”, ”Degung” (khusus daerah Sunda, atau Jawa Barat), dan “madenda” (juga dikenal sebagai diatonis), sama seperti skala minor asli yang banyak dipakai di Eropa.
1.    Slendro memiliki 5 nada per oktaf, yaitu : 1 2 3 5 6 [C- D E+ G A] dengan perbedaan interval kecil.
2.    Pelog memiliki 7 nada per oktaf, yaitu : 1 2 3 4 5 6 7 [C+ D E- F# G# A B] dengan perbedaan interval yang besar.
`         Komposisi musik gamelan diciptakan dengan beberapa aturan, yang terdiri dari beberapa putaran dan pathet, dibatasi oleh satu gongan serta melodinya diciptakan dalam unit yang terdiri dari 4 nada. Alunan musik gamelan jawa di daerah Jawa sendiri disebut karawitan. Karawitan adalah istilah yang digunakan untuk menyebutkan alunan musik gamelan yang halus. Seni karawitan yang menggunakan instrumen gamelan terdapat pada seni tari dan seni suara khas Jawa, yaitu sebagai berikut.
1.    Seni suara terdiri dari sinden, bawa, gerong, sendon, dan celuk.
2.    Seni pedalangan terdiri dari wayang kulit, wayang golek, wayang gedog, wayang klithik, wayang beber, wayang suluh, dan wayang wahyu.
3.    Seni tari terdiri dari tari srimpi, bedayan, golek, wireng, dan tari pethilan.
Seni gamelan Jawa tidak hanya dimainkan untuk mengiringi seni suara, seni tari, dan atraksi wayang. Saat diadakan acara resmi kerajaan di keraton, digunakan alunan musik gamelan sebagai pengiring. Terutama, jika ada anggota keraton yang melangsungkan pernikahan tradisi Jawa. Masyarakat Jawa pun menggunakan alunan musik gamelan ketika mengadakan resepsi pernikahan.

a.   Fungsi seni Gamelan Jawa :
Gamelan Ageng atau penyajian dengan keseluruhan perangkat gamelan digunakan untuk menyajikan Gending-gending, biasanya dipakai untuk iringan musik pada pementasan Wayang baik Wayang Kulit maupun Wayang Orang, Ketoprak, Tarian-tarian Jawa dan Lain-lain. adapun Gamelan Jawa untuk penyajian gending dalam karawitan dapat dibedakan menjadi beberapa repertoar yakni :
Ø  Soran : Gending-gending dengan kecenderungan volume tabuhan yang keras, kesemua perangkat gamelan ditabuh kecuali Gender, Gambang, Rebab, Suling dan Siter. Alunan Musik Gamelan jenis ini  disajikan dengan tempo tanggung, Seseg dan antal.
Ø  Lirihan : Sesuai dengan namanya, Penyajian Gending lebih halus dan pelan dengan kesemua waditra (Instrumen) ditabuh namun yang lebih diutamakan adalah Gender, Gambang, Rebab, Siter dan Suling dengan tempo yang berbeda-beda, adapun penyajian karawitan lirihan dapat dibedakan lagi berdasarkan ricikan yang dipergunakan, antara lain: gadon, nyamleng, siteran, genderan, dan lain-lain.
Ø  Terdapat juga Gamelan Ageng yang difungsikan sebagai sarana upacara yakni :
·       Gamelan Sekati yang memiliki nama Kanjeng Kyai Gunturmadu dan Kanjeng Kyai Guntursari, biasanya di tabuh dalam perayaan Sekaten yakni dimulai tanggal 5 Mulud hingga 12 Mulud. selain ditabuh untuk memperingati hari kelahiran dan wafat Nabi Muhammad SAW, juga untuk menyambut tamu agung, supitan/tetsan putra/putri Sultan dan sakarsa Dalem. Instrumen yang ada dalam gamelan sekati terdiri dari: 2 gong ageng, 1 bedug, 1 kempyang, 1 saron demung, 2 sarong ricik, 2 sarong peking, 1 sampur, dan 1 bonang.
·       Gamelan Munggang yang memiliki tiga nada, Gamelan ini terdiri dari 4 racakan berisi tiga buah bonang besar, 1 kenong japan, 2 bende, 1 pasang lojeh, 1 kendang gending, 1 kendang penuntung, dan dua buah gong. Gamelan Munggang ditabuh untuk menyambut penobatan Sultan, menyambut tamu agung, supitan/tetesan putra/putri Sultan, malemen, mantu, rampog macan, grebegan, dan lain-lain sakarsa Dalem.
·       Gamelan Corobalen dimainkan untuk acara menyambut tamu.





b.   Jenis perangkat gamelan :

a)    BONANG : berupa satu set sepuluh sampai empat-belas gong- gong kecil berposisi horisontal yang disusun dalam dua deretan, diletakkan di atas tali yang direntangkan pada bingkai kayu. Pemain duduk di tengah-tengah pada sisi deretan gong beroktaf rendah, memegang tabuh berbentuk bulat panjang di setiap tangan. Ada tiga macam bonang, dibeda-bedakan menurut ukuran, wilayah oktaf, dan fungsinya dalam ansambel.
·        Bonang Barung : berukuran sedang, memiliki oktav tengah hingga tinggi, merupakan satu dari sekian instrumen pemuka dalam ansembel, pola nada yang dihasilkan bertugas sebagai antisipasi nada-nada lanjutan, penuntun instrumen-instrumen lainnya, kecuali pada tabuhan imbal-imbalan, jenis bonang ini cenderung bertindak untuk membentuk pola-pola lagu jalin-menjalin dengan bonang panerus.
·        Bonang Penerus : berukuran paling kecil dan beroktaf tinggi. pada teknik tabuhan pipilan, bonang panerus berkecepatan dua kali lipat dari pada bonang barung. bonang panerus tidak berfungsi sebagai lagu tuntunan, karena kecepatan dan ketinggian wilayah nadanya. meskipun bertugas mengantisipasi nada-nada balungan, adapun dalam teknik tabuhan imbal-imbalan, bekerja sama dengan bonang barung, bonang panerus memainkan pola-pola lagu jalin menjalin.
b)    CELEMPUNG : merupakan Instrumen kawat yang dipetik, dibingkai pada semacam gerobogan (juga berfungsi sebagai resonator), memiliki dua pasang kaki, kaki muka lebih tinggi dari sepasang
kaki belakang, memiliki tiga-belas pasang kawat yang ditegangkan antara paku untuk melaras (di atas) dan paku-paku kecil (di bawah). terdapat kepingan metaldiatas gerobogan berfungsi sebagai jembatan pemisah kawat, alat musik ini bertugas untuk merangkai pola pola lagu.
c)    GAMBANG : terbuat dari bilah - bilah kayu dibingkai pada gerobogan yang juga berfungsi sebagai resonator. berbilah tujuh-belas sampai dua-puluh bilah, wilayah gambang mencakup dua oktaf atau lebih. dimainkan dengan tabuh berbentuk bundar dengan tangkai panjang biasanya dari tanduk/sungu. berfungsi memainkan gembyangan (oktaf) dalam gaya pola pola lagu dengan ketukan ajeg juga dapat memainkan beberapa macam ornamentasi lagu dan ritme, seperti permainan dua nada dipisahkan oleh dua bilah, atau permainan dua nada dipisahkan oleh enam bilah, dan pola lagu dengan ritme - ritme sinkopasi.
d)    GENDER : bilah-bilah metal yang ditegangkan dengan tali di atas bumbung bumbung resonator. dimainkan dengan tabuh berbentuk bulat (dilingkari lapisan kain) dengan tangkai pendek. terdapat dua jenis gender Gender Barung dan Gender Penerus.
·        Gender Barung : berukuran besar, beroktaf rendah sampai tengah. Salah satu dari instrumen pemuka, bermain dalam pola lagu berketukan ajeg (cengkok) yang dapat menciptakan tekstur sonoritas yang tebal dan menguatkan rasa pathet gendhing.
·        Gender Penerus : berukuran kecil, beroktaf tengah sampai tinggi. Meskipun instrumen mi tidak harus ada dalam ansambel, kehadirannya menambah kekayaan tekstur gamelan. Gender ini memainkan lagunya dalam pola lagu ketukan ajeg dan cepat.
e)    KEMPUL : Gong berukuran kecil yang digantung. Kempul menandai aksen-aksen penting dalam kalimat lagu gendhing. dalam hubungannya dengan lagu gendhing, kempul bisa memainkan nada yang sama dengan nada balungan; kadang-kadang kempul mendahului nada balungan berikutnya; kadang-kadang ia memainkan nada yang membentuk interval kempyung dengan nada balungan, untuk menegaskan rasa pathet.
f)     KENDHANG : instrument bersisi dua yang tidak simetris dengan sisi kulitnya ditegangkan dengan tali dan kulit atau rotan ditata dalam bentuk ‘Y.’ benfungsi menentukan irama dan tempo (menjaga keajegan tempo, menuntun peralihan ke tempo yang cepat atau lambat, dan menghentikan tabuhan gendhing (suwuk)). selain itu untuk gamelan iringan tari-tarian dan pertunjukan wayang kendhang juga menginingi gerakan penari atau wayang. Berdasarkan atas ukuran dan fungsinya, terdapat empat macam kendhang yaitu kendhang ageng, kendhang wayangan, kendhang ciblon, dan kendhang ketipung.
g)    KENONG : merupakan satu set instrumen jenis gong berposisi horisontal, ditumpangkan pada tali yang ditegangkan pada bingkai kayu. Dalam memberi batasan struktur suatu gendhing, kenong adalah instrumen kedua yang paling penting setelah gong. Kenong membagi gongan menjadi dua atau empat kalimat kalimat kenong, atau kenongan. disamping itu nada kenong juga memiliki hubungan dengan lagu Gendhing, yang boleh sama dengan nada balungan ataupun mendahuluinya atau ia dapat memainkan nada berjarak satu kempyung dengan nada balungan, untuk mendukung rasa pathet.
h)    GONG : kata gong khususnya menunjuk pada gong gantung berposisi vertikal, berukuran besar atau sedang, ditabuh di tengah-tengah bundarannya (pencu) dengan tabuh bundar berlapis kain. berfungsi sebagai tanda permulaan dan akhiran gendhing. dalam istilah ini Gong bisa di jeniskan menjadi dua yakni :
·        Gong Ageng : Gong gantung dengan ukuran besar, ditabuh untuk menandai permulaan dan akhiran kelompok dasar lagu (gongan) gendhing.
·        Gong Suwukan: Gong gantung berukuran sedang, ditabuh untuk menandai akhiran gendhing yang berstruktur pendek, seperti lancaran, srepegan, dan sampak.
i)      KETHUK KEMPYANG : Dua instrumen yang termasuk jenis gong berposisi horisontal ditumpangkan pada tali yang ditegangkan pada bingkai kayu. Kethuk - kempyang memberi aksen-aksen alur lagu gendhing menjadi kalimat kalimat yang pendek. pada gaya tabuhan cepat lancaran, sampak, srepegan, dan ayak ayakan, kethuk ditabuh di antara ketukan ketukan balungan, menghasilkan pola-pola jalin-menjalin yang cepat.
j)      REBAB : Alat Musik berkawat-gesek dengan dua kawat ditegangkan pada selajur kayu dengan badan berbentuk hati ditutup dengan membran (kulit tipis) dari babad sapi. Instument ini termasuk salah satu bagian dari instrumen pemuka yang diakui sebagai pemimpin lagu dalam ansambel, terutama dalam gaya tabuhan lirih. memainkan lagu pembuka gendhing, menentukan gendhing, laras, dan pathet yang akan dimainkan. alur lagu rebab memberi petunjuk yang jelas jalan alur lagu gendhing.
k)    SARON : berbentuk bilahan dengan enam atau tujuh bilah (satu oktaf atau satu oktaf dan satu nada) ditumpangkan pada bingkai kayu yang juga berfungsi sebagai resonator.ditabuh dengan tabuh dibuat dari kayu atau tanduk (yang akhir ini untuk peking). Saron sendiri terbagi menjadi 3 jenis sesuai ukuran dan fungsi masing-masing
·        Saron Demung : Instrument berukuran besar dan beroktaf tengah. memainkan balungan gendhing dalam wilayahnya yang terbatas. satu perangkat gamelan mempunyai satu atau dua demung. Tetapi ada gamelan di kraton yang mempunyai lebih dari dua demung.
·        Saron Barung : berukuran sedang dan beroktaf tinggi, juga memainkan balungan dalam wilayahnya yang terbatas. suatu perangkat gamelan bisa mempunyai saron wayangan yang berbilah sembilan. saron ini dimainkan khususnya untuk ansambel mengiringi pertunjukan wayang.
·        Saron Peking (Penerus) : ukuran paling kecil dan beroktaf paling tinggi. memainkan tabuhan rangkap dua atau rangkap empat lagu balungan. peking juga berusaha menguraikan lagu balungan dalam konteks lagu gendhing.
l)      SLENTHEM : termasuk keluarga gender ketika kita lihat dari kontruksinya, sering dinamakan gender panembung. Tetapi slenthem mempunyai bilah sebanyak bilah saron, beroktaf paling rendah dalam kelompok instrumen saron. memainkan lagu balungan dalam wilayahnya yang terbatas.
m)  SULING : terbuat dari bambu dan termasuk dalam kategori alat musik tiup. memainkan instrument dalam pola-pola lagu bergaya bebas metris. dimainkan secara bergantian, biasanya pada waktu lagunya mendekati akhiran kalimat. tetapi kadang - kadang pemain suling juga memainkan lagu lagu pendek di permulaan atau di tengah kalimat lagu.

C.   PENUTUP
Keindahan alam di Indonesia begitu banyak dan sering di jumpai para turis – turis  dari macanegara dan di tambah dengan adanya kebudayaan – kebudayaan yang di miliki Indonesia pun begitu banyak macam – macam keunikan dan keindahaannya yang membuat orang yang asing bahkan beberapa masyarakat di Indonesia kagum dengan kekayaan alam dan kebudayaan – kebudayaan yang di miliki oleh Indonesia. Sebagai masyarakat Indonesia seharusnya kita bangga dengan apa yang di miliki oleh Negara kita.
Janganlah sampai kebudayaan yang Negara kita miliki tidak berkembang bahkan tidak di kenal bahwa kebudayaan kita sendiri. Kembangkanlah dan pelihara kebudayaan – kebudayaan di Indonesia, banyak budaya yang kita miliki dari sabang – merauke. Sebagai masyarakat Indonesia kita harus prihatin dengan keadaan kebudayaan yang ada di Indonesia telah menurun dengan adanya jaman yang modern dan banyak yang mengikuti hal – hal yang mengarah kebarat – baratan.
Sangat di sayangkan jika kebudayaan di Indonesia telah diakui atau meniru dari kebudayaan di Indonesia, sebaiknya kita sebagai penerus atau sebagai generasi muda bisa mengembangkan atau melestarikan kebudayaan Indonesia yang makin ke sini makin memudar dan kita hanya mengikuti trend yang kebarat-baratan. Kita baru bertindak ketika kebudayaan di Indonesia diakui oleh Negara lain, bertindak sebelum kebudayaan tersebut di ambil alih.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar