Menurunnya Minat
Bangsa Terhadap Musik Gamelan
Oleh :
Ratu Nadia N Yasmina
A.
Latar Belakang
Saya memilih Musik Gamelan karena menurut saya ini musik ini sudah punah
karena adanya pengaruh musik luar yang sangat besar, kurangnya promosi musik
tradisional, kemasan dan lagunya yang kurang berkualitas, kurangnya kesadaran
akan kelestarian musik tradisional. Generasi muda jaman sekarang menganggap
bawah kesenian itu kuno, dan ketinggalan jaman. Padahal dizaman sebelumnya seni
ini merupakan seni yng paling diminati oleh masyarakat.
Tujuan dan harapan saya adalah semoga apa yang telah di kembangkan sejak
dahulu hingga sekarang jangan sampai terlupakan. Karena kita sebagai generasi
penerus bangsa harus mulai mengenalkan budaya yang lahir pada zaman dahulu
kepada generasi penerus agar mereka mengetahui dan dapat melestarikan budaya
yang ada agar budaya kita tidak diambil alih oleh negara lain
Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kebudayaan yang sangat
beraneka ragam baik jumlahnya maupun keanekaragamannya, budaya merupakan
identitas bangsa yang harus dihormati dan dijaga serta perlu dilestarikan agar
kebudayaan kita tidak hilang dan bisa menjadi warisan cucu kita kelak. Hal ini
tentu menjadi tanggung jawab para generasi muda dan juga perlu dukungan dari
berbagai pihak, karena ketahanan budaya merupakan salah satu identitas suatu
negara. Kebanggan bangsa Indonesia akan budaya yang beraneka ragam untuk
mempertahankan budaya lokal agar tidak hilang ataupun dicuri oleh bangsa
lain,sudah banyak kasus kebudayaan kita banyak yang dicuri oleh negara tetangga
karena ketidakpeduliaannya para generasi penerus dan ini merupakan pelajaran
yang sangat berharga karena kebudayaan Bangsa Indonesia adalah harta yang
mempunyai nilai yang cukup tinggi dimata masyarakat dunia.
B. Isi
i.
Apa itu gamelan ?
Gamelan Jawa merupakan seperangkat Alat Musik Tradisional Jawa yang
biasanya terdiri dari Gong, Kenong, Gambang, Celempung serta
beberapa alat musik pendamping lainnya, keistemewaan Alunan Musik Gamelan
Jawa adalah cenderung bersuara lembut dan seperti sengaja menghadirkan
suasana ketenangan jiwa, dimana hal itu diselaraskan dengan Prinsip Hidup
Masyarakat Jawa pada umumnya. Instument Gamelan Jawa tidak bisa kita
lepaskan dari pandangan Masyarakat Jawa yng cenderung memelihara keselarasan
hidup baik jasmani maupun rohani, keadaan tersebut menjadikan Orang-orang Jawa
selalu menghindari ekspresi tempramental dan berusaha mewujudkan toleransi
antar sesama, Wujud paling nyata bisa kita dapati dalam musik gamelan adalah
tarikan tali rebab yang sedang, panduan keseimbangan bunyi kenong, saron,
kendhang dan gambang serta suara gong pada setiap penutup irama.
Komposisi musik gamelan diciptakan dengan beberapa aturan, yang terdiri
dari beberapa putaran dan pethet. Dibatasi oleh satu gongan serta melodinya.
Diciptakan dalam satu unit yang terdiri dari 4 nada . komponen utama alat musik
gamelan adalah : bambu,logam,dan kayu. Masing-masing alat memiliki fungsi
tersendiri dalam pagelaran musik gamelan . secara etimologi Gamelan berasal
dari istilah Bahasa Jawa yakni “ Gamel “ yang berarti Menabuh/
Memukul dan akhiran “ An “ yang menjadikannya kata benda, jadi
gamelan bisa diartikan Memukul / Menabuh Benda .
ii.
Sejarah,
Jenis, dan Fungsi Gamelan
Awalnya, alat musik instrumen gamelan dibuat berdasarkan relief yang ada
dalam Candi Borobudur pada abad ke-8. Dalam relief di candi tersebut,terdapat
beberapa alat musik yang terdiri dari kendang, suling bambu, kecapi, dawai yang
digesek dan dipetik, serta lonceng. Sejak itu, alat musik tersebut dijadikan
sebagai alat musik daam alunan musik gamelan Jawa. Alat musik yang terdapat di
relief Candi Borobudur tersebut digunakan untuk memainkan gamelan. Pada
masyarakat jawa di Kerajaan Majapahit.
Menurut mitologi jawa, gamelan diciptakan oleh Hyang Guru pada Era Saka.
Beliau adalah dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa, dengan istana yang berada
di gunung Mahendra di daerah Medangkamulan ( sekarang gunung Lawu ). Alat musik
gamelan yang pertama kali diciptakan adalah “ Gong “ , yang digunakan untuk
memanggil para dewa.
Istilah
“ karawitan “ yang digunakan untuk merujuk pada kesenian gamelan banyak dipakai
oleh kalangan masyarakat Jawa. Istilah tersebut mengalami perkembangan
penggunaan maupun pemaknaannya. Banya orang memaknai “ karawitan “ berangkat dari kata dasar “
rawit “ yang berarti kecil, halus atau rumit. Konon, dilingkungan Kraton
Surakarta, istilah Karawitan pernah digunakan sebagai paying dari berbagai
cabang kesenian seperti : tatah
sungging, ukir, tari, hingga pedhalangan
( Supanggah,2002:5-6) .
Bukti otentik pertama tentang keberadaan gamelan ditemukan
di Candi Borobudur, Magelang Jawa Tengah yang berdiri sejak abad ke-8. Pada
relief-nya terlihat beberapa peralatan seperti suling bambu, lonceng, kendhang
dalam berbagai ukuran, kecapi, alat musik berdawai yang digesek dan dipetik,
termasuk sedikit gambaran tentang elemen alat musik logam. Perkembangan
selanjutnya, gamelan dipakai untuk mengiringi pagelaran wayang dan tarian.
Sampai akhirnya berdiri sebagai musik sendiri dan dilengkapi dengan suara para
sinden.Gamelan yang berkembang di Jawa Tengah, sedikit berbeda dengan Gamelan
Bali ataupun Gamelan Sunda.
Gamelan
Jawa memiliki nada yang lebih lembut apabila dibandingkan dengan Gamelan Bali
yang rancak serta Gamelan Sunda yang mendayu-dayu dan didominasi suara
seruling. Menurut beberapa penelitian, perbedaan itu adalah akibat dari
pengungkapan terhadap pandangan hidup “orang jawa” pada umumnya. Pandangan yang
dimaksud adalah : sebagai orang jawa harus selalu “memelihara keselarasan
kehidupan jasmani dan rohani, serta keselarasan dalam berbicara dan bertindak”.
Oleh sebab itu, “orang jawa” selalu menghindari ekspresi yang meledak-ledak serta
selalu berusaha mewujudkan toleransi antar sesama. Wujud paling nyata dalam
musik gamelan adalah tarikan tali rebab yang sedang, paduan seimbang bunyi
kenong, saron kendang dan gambang serta suara gong pada setiap penutup irama.
Penalaan
dan pembuatan orkes gamelan adalah suatu proses yang sangat kompleks. Gamelan
menggunakan empat cara penalaan, yaitu “sléndro”, “pélog”, ”Degung” (khusus
daerah Sunda, atau Jawa Barat), dan “madenda” (juga dikenal sebagai diatonis),
sama seperti skala minor asli yang banyak dipakai di Eropa.
1.
Slendro
memiliki 5 nada per oktaf, yaitu : 1 2 3 5 6 [C- D E+ G A] dengan perbedaan
interval kecil.
2.
Pelog
memiliki 7 nada per oktaf, yaitu : 1 2 3 4 5 6 7 [C+ D E- F# G# A B] dengan
perbedaan interval yang besar.
` Komposisi
musik gamelan diciptakan dengan beberapa aturan, yang terdiri dari beberapa
putaran dan pathet, dibatasi oleh satu gongan serta melodinya diciptakan dalam
unit yang terdiri dari 4 nada. Alunan musik gamelan jawa di daerah Jawa sendiri
disebut karawitan. Karawitan adalah istilah yang digunakan untuk menyebutkan
alunan musik gamelan yang halus. Seni karawitan yang menggunakan instrumen
gamelan terdapat pada seni tari dan seni suara khas Jawa, yaitu sebagai
berikut.
1.
Seni
suara terdiri dari sinden, bawa, gerong, sendon, dan celuk.
2.
Seni
pedalangan terdiri dari wayang kulit, wayang golek, wayang gedog, wayang
klithik, wayang beber, wayang suluh, dan wayang wahyu.
3.
Seni
tari terdiri dari tari srimpi, bedayan, golek, wireng, dan tari pethilan.
Seni
gamelan Jawa tidak hanya dimainkan untuk mengiringi seni suara, seni tari, dan
atraksi wayang. Saat diadakan acara resmi kerajaan di keraton, digunakan alunan
musik gamelan sebagai pengiring. Terutama, jika ada anggota keraton yang
melangsungkan pernikahan tradisi Jawa. Masyarakat Jawa pun menggunakan alunan
musik gamelan ketika mengadakan resepsi pernikahan.
a.
Fungsi
seni Gamelan Jawa :
Gamelan Ageng atau penyajian dengan keseluruhan perangkat gamelan
digunakan untuk menyajikan Gending-gending, biasanya dipakai untuk iringan
musik pada pementasan Wayang baik Wayang Kulit maupun Wayang Orang, Ketoprak,
Tarian-tarian Jawa dan Lain-lain. adapun Gamelan Jawa untuk penyajian gending
dalam karawitan dapat dibedakan menjadi beberapa repertoar yakni :
Ø Soran : Gending-gending dengan
kecenderungan volume tabuhan yang keras, kesemua perangkat gamelan ditabuh
kecuali Gender, Gambang, Rebab, Suling dan Siter. Alunan Musik Gamelan jenis
ini disajikan dengan tempo tanggung, Seseg dan antal.
Ø Lirihan : Sesuai dengan namanya,
Penyajian Gending lebih halus dan pelan dengan kesemua waditra (Instrumen)
ditabuh namun yang lebih diutamakan adalah Gender, Gambang, Rebab, Siter dan
Suling dengan tempo yang berbeda-beda, adapun penyajian karawitan lirihan dapat
dibedakan lagi berdasarkan ricikan yang dipergunakan, antara lain: gadon,
nyamleng, siteran, genderan, dan lain-lain.
Ø Terdapat juga Gamelan Ageng yang
difungsikan sebagai sarana upacara yakni :
· Gamelan Sekati yang memiliki
nama Kanjeng Kyai Gunturmadu dan Kanjeng Kyai Guntursari, biasanya di tabuh
dalam perayaan Sekaten yakni dimulai tanggal 5 Mulud hingga 12 Mulud. selain
ditabuh untuk memperingati hari kelahiran dan wafat Nabi Muhammad SAW, juga
untuk menyambut tamu agung, supitan/tetsan putra/putri Sultan dan sakarsa
Dalem. Instrumen yang ada dalam gamelan sekati terdiri dari: 2 gong ageng, 1
bedug, 1 kempyang, 1 saron demung, 2 sarong ricik, 2 sarong peking, 1 sampur, dan
1 bonang.
· Gamelan Munggang yang memiliki
tiga nada, Gamelan ini terdiri dari 4 racakan berisi tiga buah bonang besar, 1
kenong japan, 2 bende, 1 pasang lojeh, 1 kendang gending, 1 kendang penuntung,
dan dua buah gong. Gamelan Munggang ditabuh untuk menyambut penobatan Sultan,
menyambut tamu agung, supitan/tetesan putra/putri Sultan, malemen, mantu,
rampog macan, grebegan, dan lain-lain sakarsa Dalem.
· Gamelan Corobalen dimainkan untuk
acara menyambut tamu.
b.
Jenis
perangkat gamelan :
a)
BONANG : berupa satu set sepuluh sampai empat-belas gong- gong
kecil berposisi horisontal yang disusun dalam dua deretan, diletakkan di atas
tali yang direntangkan pada bingkai kayu. Pemain duduk di tengah-tengah pada
sisi deretan gong beroktaf rendah, memegang tabuh berbentuk bulat panjang di
setiap tangan. Ada tiga macam bonang, dibeda-bedakan menurut ukuran, wilayah
oktaf, dan fungsinya dalam ansambel.
·
Bonang
Barung : berukuran sedang, memiliki oktav tengah hingga tinggi, merupakan satu
dari sekian instrumen pemuka dalam ansembel, pola nada yang dihasilkan bertugas
sebagai antisipasi nada-nada lanjutan, penuntun instrumen-instrumen lainnya,
kecuali pada tabuhan imbal-imbalan, jenis bonang ini cenderung bertindak untuk
membentuk pola-pola lagu jalin-menjalin dengan bonang panerus.
·
Bonang
Penerus : berukuran paling kecil dan beroktaf tinggi. pada teknik tabuhan
pipilan, bonang panerus berkecepatan dua kali lipat dari pada bonang barung.
bonang panerus tidak berfungsi sebagai lagu tuntunan, karena kecepatan dan ketinggian
wilayah nadanya. meskipun bertugas mengantisipasi nada-nada balungan, adapun
dalam teknik tabuhan imbal-imbalan, bekerja sama dengan bonang barung, bonang
panerus memainkan pola-pola lagu jalin menjalin.
b)
CELEMPUNG : merupakan Instrumen kawat yang dipetik, dibingkai pada
semacam gerobogan (juga berfungsi sebagai resonator), memiliki dua pasang kaki,
kaki muka lebih tinggi dari sepasang
kaki belakang, memiliki tiga-belas pasang kawat yang ditegangkan antara paku untuk melaras (di atas) dan paku-paku kecil (di bawah). terdapat kepingan metaldiatas gerobogan berfungsi sebagai jembatan pemisah kawat, alat musik ini bertugas untuk merangkai pola pola lagu.
kaki belakang, memiliki tiga-belas pasang kawat yang ditegangkan antara paku untuk melaras (di atas) dan paku-paku kecil (di bawah). terdapat kepingan metaldiatas gerobogan berfungsi sebagai jembatan pemisah kawat, alat musik ini bertugas untuk merangkai pola pola lagu.
c)
GAMBANG : terbuat dari bilah - bilah kayu dibingkai pada gerobogan
yang juga berfungsi sebagai resonator. berbilah tujuh-belas sampai dua-puluh
bilah, wilayah gambang mencakup dua oktaf atau lebih. dimainkan dengan tabuh
berbentuk bundar dengan tangkai panjang biasanya dari tanduk/sungu. berfungsi
memainkan gembyangan (oktaf) dalam gaya pola pola lagu dengan ketukan ajeg juga
dapat memainkan beberapa macam ornamentasi lagu dan ritme, seperti permainan
dua nada dipisahkan oleh dua bilah, atau permainan dua nada dipisahkan oleh
enam bilah, dan pola lagu dengan ritme - ritme sinkopasi.
d)
GENDER : bilah-bilah metal yang ditegangkan dengan tali di atas
bumbung bumbung resonator. dimainkan dengan tabuh berbentuk bulat (dilingkari
lapisan kain) dengan tangkai pendek. terdapat dua jenis gender Gender Barung
dan Gender Penerus.
·
Gender
Barung : berukuran besar, beroktaf rendah sampai tengah. Salah satu dari
instrumen pemuka, bermain dalam pola lagu berketukan ajeg (cengkok) yang dapat
menciptakan tekstur sonoritas yang tebal dan menguatkan rasa pathet gendhing.
·
Gender
Penerus : berukuran kecil, beroktaf tengah sampai tinggi. Meskipun instrumen mi
tidak harus ada dalam ansambel, kehadirannya menambah kekayaan tekstur gamelan.
Gender ini memainkan lagunya dalam pola lagu ketukan ajeg dan cepat.
e)
KEMPUL : Gong berukuran kecil yang digantung. Kempul menandai
aksen-aksen penting dalam kalimat lagu gendhing. dalam hubungannya dengan lagu
gendhing, kempul bisa memainkan nada yang sama dengan nada balungan;
kadang-kadang kempul mendahului nada balungan berikutnya; kadang-kadang ia
memainkan nada yang membentuk interval kempyung dengan nada balungan, untuk
menegaskan rasa pathet.
f)
KENDHANG : instrument bersisi dua yang tidak simetris dengan sisi
kulitnya ditegangkan dengan tali dan kulit atau rotan ditata dalam bentuk ‘Y.’
benfungsi menentukan irama dan tempo (menjaga keajegan tempo, menuntun
peralihan ke tempo yang cepat atau lambat, dan menghentikan tabuhan gendhing
(suwuk)). selain itu untuk gamelan iringan tari-tarian dan pertunjukan wayang
kendhang juga menginingi gerakan penari atau wayang. Berdasarkan atas ukuran
dan fungsinya, terdapat empat macam kendhang yaitu kendhang ageng, kendhang
wayangan, kendhang ciblon, dan kendhang ketipung.
g)
KENONG : merupakan satu set instrumen jenis gong berposisi
horisontal, ditumpangkan pada tali yang ditegangkan pada bingkai kayu. Dalam
memberi batasan struktur suatu gendhing, kenong adalah instrumen kedua yang
paling penting setelah gong. Kenong membagi gongan menjadi dua atau empat
kalimat kalimat kenong, atau kenongan. disamping itu nada kenong juga memiliki
hubungan dengan lagu Gendhing, yang boleh sama dengan nada balungan ataupun
mendahuluinya atau ia dapat memainkan nada berjarak satu kempyung dengan nada
balungan, untuk mendukung rasa pathet.
h)
GONG : kata gong khususnya menunjuk pada gong gantung berposisi
vertikal, berukuran besar atau sedang, ditabuh di tengah-tengah bundarannya
(pencu) dengan tabuh bundar berlapis kain. berfungsi sebagai tanda permulaan
dan akhiran gendhing. dalam istilah ini Gong bisa di jeniskan menjadi dua yakni
:
·
Gong
Ageng : Gong gantung dengan ukuran besar, ditabuh untuk menandai permulaan dan
akhiran kelompok dasar lagu (gongan) gendhing.
·
Gong
Suwukan: Gong gantung berukuran sedang, ditabuh untuk menandai akhiran gendhing
yang berstruktur pendek, seperti lancaran, srepegan, dan sampak.
i)
KETHUK
KEMPYANG : Dua instrumen yang termasuk jenis
gong berposisi horisontal ditumpangkan pada tali yang ditegangkan pada bingkai
kayu. Kethuk - kempyang memberi aksen-aksen alur lagu gendhing menjadi kalimat
kalimat yang pendek. pada gaya tabuhan cepat lancaran, sampak, srepegan, dan
ayak ayakan, kethuk ditabuh di antara ketukan ketukan balungan, menghasilkan
pola-pola jalin-menjalin yang cepat.
j)
REBAB : Alat Musik berkawat-gesek dengan dua kawat ditegangkan
pada selajur kayu dengan badan berbentuk hati ditutup dengan membran (kulit
tipis) dari babad sapi. Instument ini termasuk salah satu bagian dari instrumen
pemuka yang diakui sebagai pemimpin lagu dalam ansambel, terutama dalam gaya
tabuhan lirih. memainkan lagu pembuka gendhing, menentukan gendhing, laras, dan
pathet yang akan dimainkan. alur lagu rebab memberi petunjuk yang jelas jalan
alur lagu gendhing.
k)
SARON : berbentuk bilahan dengan enam atau tujuh bilah (satu
oktaf atau satu oktaf dan satu nada) ditumpangkan pada bingkai kayu yang juga
berfungsi sebagai resonator.ditabuh dengan tabuh dibuat dari kayu atau tanduk
(yang akhir ini untuk peking). Saron sendiri terbagi menjadi 3 jenis sesuai
ukuran dan fungsi masing-masing
·
Saron
Demung : Instrument berukuran besar dan beroktaf tengah. memainkan balungan
gendhing dalam wilayahnya yang terbatas. satu perangkat gamelan mempunyai satu
atau dua demung. Tetapi ada gamelan di kraton yang mempunyai lebih dari dua
demung.
·
Saron
Barung : berukuran sedang dan beroktaf tinggi, juga memainkan balungan dalam
wilayahnya yang terbatas. suatu perangkat gamelan bisa mempunyai saron wayangan
yang berbilah sembilan. saron ini dimainkan khususnya untuk ansambel mengiringi
pertunjukan wayang.
·
Saron
Peking (Penerus) : ukuran paling kecil dan beroktaf paling tinggi. memainkan
tabuhan rangkap dua atau rangkap empat lagu balungan. peking juga berusaha
menguraikan lagu balungan dalam konteks lagu gendhing.
l)
SLENTHEM : termasuk keluarga gender ketika kita lihat dari
kontruksinya, sering dinamakan gender panembung. Tetapi slenthem mempunyai
bilah sebanyak bilah saron, beroktaf paling rendah dalam kelompok instrumen
saron. memainkan lagu balungan dalam wilayahnya yang terbatas.
m)
SULING : terbuat dari bambu dan termasuk dalam kategori alat musik
tiup. memainkan instrument dalam pola-pola lagu bergaya bebas metris. dimainkan
secara bergantian, biasanya pada waktu lagunya mendekati akhiran kalimat.
tetapi kadang - kadang pemain suling juga memainkan lagu lagu pendek di
permulaan atau di tengah kalimat lagu.
C. PENUTUP
Keindahan
alam di Indonesia begitu banyak dan sering di jumpai para turis – turis dari macanegara dan di tambah dengan adanya
kebudayaan – kebudayaan yang di miliki Indonesia pun begitu banyak macam –
macam keunikan dan keindahaannya yang membuat orang yang asing bahkan beberapa
masyarakat di Indonesia kagum dengan kekayaan alam dan kebudayaan – kebudayaan
yang di miliki oleh Indonesia. Sebagai masyarakat Indonesia seharusnya kita
bangga dengan apa yang di miliki oleh Negara kita.
Janganlah
sampai kebudayaan yang Negara kita miliki tidak berkembang bahkan tidak di
kenal bahwa kebudayaan kita sendiri. Kembangkanlah dan pelihara kebudayaan –
kebudayaan di Indonesia, banyak budaya yang kita miliki dari sabang – merauke.
Sebagai masyarakat Indonesia kita harus prihatin dengan keadaan kebudayaan yang
ada di Indonesia telah menurun dengan adanya jaman yang modern dan banyak yang
mengikuti hal – hal yang mengarah kebarat – baratan.
Sangat
di sayangkan jika kebudayaan di Indonesia telah diakui atau meniru dari
kebudayaan di Indonesia, sebaiknya kita sebagai penerus atau sebagai generasi
muda bisa mengembangkan atau melestarikan kebudayaan Indonesia yang makin ke
sini makin memudar dan kita hanya mengikuti trend yang kebarat-baratan. Kita
baru bertindak ketika kebudayaan di Indonesia diakui oleh Negara lain,
bertindak sebelum kebudayaan tersebut di ambil alih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar