Wayang
Kulit Ditelan Zaman
A. Asal – usul wayang kulit
Wayang
salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia yang paling menonjol di antara
banyak karya budaya lainnya. Budaya wayang meliputi seni peran, seni suara,
seni musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan juga seni
perlambang. Budaya wayang, yang terus berkembang dari zaman ke zaman, juga
merupakan media penerangan, dakwah, pendidikan, hiburan, pemahaman filsafat,
serta hiburan.
Menurut penelitian para ahli sejarah kebudayaan, budaya wayang merupakan budaya asli Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Keberadaan wayang sudah berabad-abad sebelum agama Hindu masuk ke Pulau Jawa. Walaupun cerita wayang yang populer di masyarakat masa kini merupakan adaptasi dari karya sastra India, yaitu Ramayana dan Mahabarata. Kedua induk cerita itu dalam pewayangan banyak mengalami pengubahan dan penambahan untuk menyesuaikannya dengan falsafah asli Indonesia.
Menurut penelitian para ahli sejarah kebudayaan, budaya wayang merupakan budaya asli Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Keberadaan wayang sudah berabad-abad sebelum agama Hindu masuk ke Pulau Jawa. Walaupun cerita wayang yang populer di masyarakat masa kini merupakan adaptasi dari karya sastra India, yaitu Ramayana dan Mahabarata. Kedua induk cerita itu dalam pewayangan banyak mengalami pengubahan dan penambahan untuk menyesuaikannya dengan falsafah asli Indonesia.
Budaya wayang diperkirakan sudah lahir di Indonesia
setidaknya pada zaman pemerintahan Prabu
Airlangga, raja Kahuripan (976 -1012), yakni ketika kerajaan di Jawa Timur itu
sedang makmur-makmurnya. Karya sastra yang menjadi bahan cerita wayang sudah
ditulis oleh para pujangga Indonesia, sejak abad X. Antara lain, naskah sastra
Kitab Ramayana Kakawin berbahasa Jawa Kuna ditulis pada masa pemerintahan raja
Dyah Balitung (989-910), yang merupakan gubahan dari Kitab Ramayana karangan
pujangga India, Walmiki. Selanjutnya, para pujangga Jawa tidak lagi hanya
menerjemahkan Ramayana dan Mahabarata ke bahasa Jawa Kuna, tetapi menggubahnya
dan menceritakan kembali dengan memasukkan falsafah Jawa kedalamnya. Contohnya,
karya Empu Kanwa Arjunawiwaha Kakawin, yang merupakan gubahan yang berinduk
pada Kitab Mahabarata. Gubahan lain yang lebih nyata bedanya derigan cerita
asli versi India, adalah Baratayuda Kakawin karya Empu Sedah dan Empu Panuluh.
Karya agung ini dikerjakan pada masa pemerintahan Prabu Jayabaya, raja Kediri
(1130 - 1160).
B. Kurangnya antusias masyarakat kini pada pertunjukan kesenian tradisional
Vs
Di era modern ini telah berkembang kesenian luar yang
mulai masuk dalam jiwa remaja sekarang.
Hal ini disebabkan karena para remaja sekarang menganggap bahwa kesenian
tradisional adalah budaya yang ketinggalan jaman atau kuno. Oleh karena itu
mereka lebih memilih kesenian luar yang mereka anggap lebih modern dan
mengikuti perkembangan jaman. Akan tetapi pada kenyataannya banyak orang asing
yang berlomba – lomba untuk mempelajari kesenian kita (Indonesia) – tidak hanya
itu ada diantara Negara asing yang mengklaim kebudayaan Indonesia sebagai
kesenian mereka.
Dengan demikian penulis sengaa mengambil judul/tema “Kurangnya
Keperdulian Remaja Modern Terhadap Kesenian Tradisional” supaya para remaja
sekarang lebih sadar bahwa kesenian kita menarik untuk dipelajari dan kita
patut bangga terhadap kebudayaan Indonesia yang mempunyai kesenian beraneka
ragam. Apabila remaja sudah mulai mempelajari dan melestarikan kesenian
tradisional maka kesenian tradisional (Indonesia) akan semakin berkembang dan
dikenal oleh banyak orang khususnya dan dunia pada umumnya.
Kurangnya Antusias masyarakat kini pada kesenian wayang kulit
- Minat masyarakat khususnya generasi muda terhadap seni pertunjukan wayang semakin rendah hal itu disebabkan karena bahasa yang digunakan dianggap terlalu rumit dan susah dimengerti dimana generasi muda lebih mengerti bahasa Indonesia, asing, maupun campuran.
- Durasi pertunjukan seni wayang juga dirasakan terlalu lama. Pertunjukan wayang kulit semalam suntuk biasanya mulai pukul 21.00-04.00 atau sekitar tujuh jam, padahal kehidupan sekarang sangat banyak urusannya sehingga penggunaan waktu cukup diperhitungkan.
- Pergelaran wayang juga dianggap kurang menarik dan kurang memberikan sensasi audio-visual kepada para penonton.
C. PENUTUP
Dengan
adanya tulisan ini saya harap para pembaca bisa melestarikan budaya wayang
kulit yang merupakan ciri khas kesenian tradisional Indonesia, dan tidak
ditelan oleh zaman modern ini.
Seni
wayang kulit sendiri mempunyai nilai yang sangat penting bagi bangsa. Karena didalam setiap ceritanya terkandung nilai
moral yang luhur. Cerita-cerita dalam wayang kulit, mengisahkan kehidupan
manusia dari lahir sampai mati. Menceritakan tentang ajaran-ajaran budi pekerti
yang luhur. Ajaran yang tidak bisa kita dapatkan ketika menonton pertunjukan
lain yang hanya sekedar “hiburan”.
Seni wayang kulit itu, sebenarnya berisi pesan moral yang sangat luar biasa. Karena tiap ceritanya pasti mempunyai pesan yang positif kepada penontonya. Selain itu, falsafah wayang, dalam implementasinya dalam kehidupan berperan penting dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebab, dalam seni wayang terdapat kearifan lokal yang bermanfaat untuk membangun karakter dan jatidiri bangsa Indonesia melalui watak tokoh dalam wayang.
Seni wayang kulit itu, sebenarnya berisi pesan moral yang sangat luar biasa. Karena tiap ceritanya pasti mempunyai pesan yang positif kepada penontonya. Selain itu, falsafah wayang, dalam implementasinya dalam kehidupan berperan penting dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebab, dalam seni wayang terdapat kearifan lokal yang bermanfaat untuk membangun karakter dan jatidiri bangsa Indonesia melalui watak tokoh dalam wayang.
Wayang
kulit sebagai karya agung, bukan hanya isapan jempol semata, karena dunia pun
sudah mengakui bahwa seni wayang kulit merupakan karya yang agung dan luhur.
Terbukti dengan disematkannya penghargaan sebagai masterpiece (karya agung)
dari UNESCO kepada seni wayang kulit.
Tentu
kita patut bangga dengan adanya penghargaan tersebut. Akan tetapi bukan hanya
bangga tanpa diikuti dengan ikut melestarikannya. Kepedulian masyarakat dan
pemerintah di negeri ini terhadap wayang kulit sangat diharapkan.
Jangan sampai kesenian tradisional yang penuh pesan moral ini, diaku oleh bangsa lain, sebagai budaya milik mereka. Jika sudah seperti itu, masyarakat sendiri yang akan rugi telah kehilangan seni wayang kulit yang hanya ada di bangsa ini.
Jangan sampai seni wayang kulit tetap hidup, namun seolah mati di negeri sendiri, ditelan kemajuan jaman dan pengaruh modernitas.
Jangan sampai kesenian tradisional yang penuh pesan moral ini, diaku oleh bangsa lain, sebagai budaya milik mereka. Jika sudah seperti itu, masyarakat sendiri yang akan rugi telah kehilangan seni wayang kulit yang hanya ada di bangsa ini.
Jangan sampai seni wayang kulit tetap hidup, namun seolah mati di negeri sendiri, ditelan kemajuan jaman dan pengaruh modernitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar