Kesenian Wayang Golek Yang Mulai Terlupakan
Wayang golek adalah suatu seni
pertunjukan wayang yang terbuat dari boneka kayu, dan sangat populer di jawa
barat serta merupakan salah satu seni budaya Indonesia. Sebagaimana alur cerita
pewayangan umumnya, dalam pertunjukan wayang golek biasanya memiliki
lakon-lakon (cerita yang dimainkan dalam wayang) baik dalam lakon galur (sesuai
dengan cerita wayang versi aslinya) dan lakon karangan yang bersumber dari
cerita Mahabharata, Bharatayudha, dan Ramayana dengan menggunakan bahasa Sunda
dengan iringan gamelan Sunda, yang biasanya terdiri atas dua buah saron, sebuah
peking, sebuah selentem, satu perangkat bonang, satu perangkat bonang rincik,
satu perangkat kenong, sepasang gong (kempul dan goong), ditambah dengan
seperangkat kendang (sebuah kendang Indung dan tiga buah kulanter), gambang dan
rebab. Dalam pertunjukan wayang golek, terdapat beberapa peran atau faktor
internal yang mendukung pementasan wayang golek, diantaranya adalah peran
sentral tentulah dengan adanya seorang dalang, para nayaga (pemukul gamelan),
dan sinden. Dalang adalah orang yang memainkan wayang, sedangkan sinden adalah
penyanyi wanita pada seni gamelan jawa atau pada pementasan wayang.
Pada pertunjukan wayang golek biasanya lakon
yang sering dipertunjukkan adalah lakon karangan, hanya kadang-kadang saja
dipertunjukkan juga lakon galur. Hal ini seakan menjadi sebuah tolak ukur bagi
seorang dalang untuk memberikan suatu nuansa baru atau kecerdasan dalam
berinovasi dalam menciptakan suatu pementasan wayang golek yang bagus dan
menarik. Beberapa dalang wayang golek yang terkenal diantaranya Tarkim, R.U.
Partasuanda, Abeng Sunarya, Entah Tirayana, Apek, Asep Sunandar Sunarya, Dede
Amung Sunarya, Cecep Supriadi dll. Wayang golek dalam masyarakat selain
difungsikan sebagai suatu hiburan tontonan semalam suntuk, akan tetapi memiliki
fungsi yang relevan sebagai suatu kebutuhankebutuhan masyarakat lingkungannya,
yaitu kebutuhan spiritual maupun material, secara yang memberikan suatu pesan
dan moral dalam sosial masyarakat sedangkan secara material dapat kita lihat
dari beberapa kegiatan di masyarakat misalnya ketika ada perayaan, baik hajatan
(pesta kenduri) dalam rangka khitanan, pernikahan dan lain-lain adakalanya
diriingi dengan pertunjukan wayang golek. Namun lain dulu lain sekarang,
ditengah pekembangan zaman tekhnologi yang semakin maju, wayang golek sebagai
kesenian khas Indonesia mulai terancam punah. Hal itu bisa terjadi jika tak ada
generasi bangsa ini yang melestarikan kesenian yang sudah bertahuntahun tumbuh
di Tanah Air kita. Hidup matinya Wayang Golek tergantung sejauh mana masyarakat
melestarikannya. Jika masyarakat membiarkannya, maka ia akan hilang sebagai
kesenian Indonesia.
Wayang golek sendiri mayoritas di
gemari di daerah jawa barat, hal itu di karenakan bahasa yang digunakan dalam pementasan
wayang golek biasanya adalah bahasa sunda (bahasa sehari-hari yang digunakan
dan dipahami warga jawa barat). Namun kendala tersebut tentunya bukan menjadi
alasan dan halangan bagi perkembangan wayang golek untuk go nasional dan
internasional. Jika melihat realita yang ada justru perkembangan pementasan
wayang golek dari tahun ke tahun semakin mendekati kepunahan, hal ini bisa
terlihat dengan semakin jarangnya acara-acara pementasan wayang golek. Dulu
biasanya kalau ada acara hajatan pernikahan atau khitanan sering didatangkan
wayang golek, namun belakangan lebih banyak menyuguhkan organ tunggal,
mengundang artis terkenal, dll. Selain itu, kita tahu bahwa harga pementasan
wayang golek sangatlah mahal, karena banyaknya unsur yang berperan dalam pementasan
wayang golek tidak hanya satu atau dua orang saja, tetapi terdapat peran faktor
internal dan eksternal didalamnya. Serta keberadaan dalang-dalang yang
berkualitaspun semakin sedikit, hal itu bisa dilihat ketika even atau
ajang-ajang adu dalang yang memperlombakan kemampuan dalang dalam memainkan
wayangnya yang semakin hari semakin sedikit yang mengikuti ajang tersebut.
Padahal ajang tersebut merupakan suatu indikator yang dapat menilai kemampuan
dan keberadaan dari kuantitas dalang yang ada di Indonesia, khususnya dalang
wayang golek.
Indikator yang lainnya adalah
masyarakat di daerah jawa barat sekarang lebih cenderung menyukai pertunjukan
atau tontonan lain selain wayang golek, memang masih ada yang masih menyukai
dan menonton pementasan wayang golek, akan tetapi untuk sekarang mungkin bisa
dihitung jumlahnya mana yang masih senang dengan wayang golek dengan yang tidak
senang dengan wayang golek. Beberapa tahun yang lalu mungkin kita masih bisa
melihat penayangan wayang golek di stasiun televisi, namun untuk sekarang
sangatlah jarang kita melihat suatu pementasan wayang golek di stasiun
televisi. Jika melihat dari berbagai fenomena yang terjadi tersebut kita bisa
merasakan dan menyimpulkan bahwa bagaimana wayang golek bisa go nasional dan
internasional jika untuk berkembang di daerah sendiri saja sudah sulit dan
sudah jarang digemari oleh masyarakat, minimnya ekspos ke dalam berbagai media,
baik itu media massa, surat, media televisi, dan lain-lain serta kuantitas dari
dalang itu sendiri semakin berkurang. Oleh karena itu, ini merupakan suatu
masalah yang sangat besar, yang tentunya harus dicari segera mungkin
pemecahahan masalah dan solusinya. pemerintah Indonesia harus bisa menemukan
suatu cara atau kebijakan inovatif untuk menjaga kelestarian wayang golek agar
tidak punah ditelan oleh zaman.
Identitas suatu bangsa dan negara dapat
terlihat dari budayanya, Indonesia yang kaya akan budaya akan terlihat maju dan
di pandang oleh negara lain jika dapat melestarikan dan menunjukkan eksistensi
budaya tersebut. Ambil contoh negara Jepang, walaupun sudah menjadi negara
dengan tingkat perekonomian yang maju, tetapi masih menjungjung tinggi dan
melestarikan budayanya tersebut. Negara maju saja masih melestarikan dan
mengerti bahwa kebudayaan dalam suatu negara itu penting sebagai identitas
suatu negara, sedangkan Indonesia? malah kebudayaan milik dan warisan kita
sendiri sekarang oleh negara lain masih suka di akui bahwa kebudayaan milik
Indonesia adalah kebudayaan miliknya, bukan milik Indonesia. Hal ini semakin menandakan
bahwa Indonesia itu adalah negara kaya akan kebudayaan, namun kebudayaan
tersebut jika tidak dikembangkan dan dilestarikan di negara ini sehingga dapat
dengan mudah negara lain menuduh bahwa beberapa kebudayaan milik Indonesia
adalah miliknya. Kita berharap ke depannya tidak akan terjadi hal demikian,
serta adanya suatu kesadaran pula dari masyarakat tentang pentingnya mengenal
dan melestarikan budaya Indonesia, khususnya wayang golek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar