Kamis, 22 Oktober 2015

Fathusholihati(Pathus), 1506714454

Kesenian Wayang Golek Yang Mulai Terlupakan


Wayang golek adalah suatu seni pertunjukan wayang yang terbuat dari boneka kayu, dan sangat populer di jawa barat serta merupakan salah satu seni budaya Indonesia. Sebagaimana alur cerita pewayangan umumnya, dalam pertunjukan wayang golek biasanya memiliki lakon-lakon (cerita yang dimainkan dalam wayang) baik dalam lakon galur (sesuai dengan cerita wayang versi aslinya) dan lakon karangan yang bersumber dari cerita Mahabharata, Bharatayudha, dan Ramayana dengan menggunakan bahasa Sunda dengan iringan gamelan Sunda, yang biasanya terdiri atas dua buah saron, sebuah peking, sebuah selentem, satu perangkat bonang, satu perangkat bonang rincik, satu perangkat kenong, sepasang gong (kempul dan goong), ditambah dengan seperangkat kendang (sebuah kendang Indung dan tiga buah kulanter), gambang dan rebab. Dalam pertunjukan wayang golek, terdapat beberapa peran atau faktor internal yang mendukung pementasan wayang golek, diantaranya adalah peran sentral tentulah dengan adanya seorang dalang, para nayaga (pemukul gamelan), dan sinden. Dalang adalah orang yang memainkan wayang, sedangkan sinden adalah penyanyi wanita pada seni gamelan jawa atau pada pementasan wayang.
 Pada pertunjukan wayang golek biasanya lakon yang sering dipertunjukkan adalah lakon karangan, hanya kadang-kadang saja dipertunjukkan juga lakon galur. Hal ini seakan menjadi sebuah tolak ukur bagi seorang dalang untuk memberikan suatu nuansa baru atau kecerdasan dalam berinovasi dalam menciptakan suatu pementasan wayang golek yang bagus dan menarik. Beberapa dalang wayang golek yang terkenal diantaranya Tarkim, R.U. Partasuanda, Abeng Sunarya, Entah Tirayana, Apek, Asep Sunandar Sunarya, Dede Amung Sunarya, Cecep Supriadi dll. Wayang golek dalam masyarakat selain difungsikan sebagai suatu hiburan tontonan semalam suntuk, akan tetapi memiliki fungsi yang relevan sebagai suatu kebutuhankebutuhan masyarakat lingkungannya, yaitu kebutuhan spiritual maupun material, secara yang memberikan suatu pesan dan moral dalam sosial masyarakat sedangkan secara material dapat kita lihat dari beberapa kegiatan di masyarakat misalnya ketika ada perayaan, baik hajatan (pesta kenduri) dalam rangka khitanan, pernikahan dan lain-lain adakalanya diriingi dengan pertunjukan wayang golek. Namun lain dulu lain sekarang, ditengah pekembangan zaman tekhnologi yang semakin maju, wayang golek sebagai kesenian khas Indonesia mulai terancam punah. Hal itu bisa terjadi jika tak ada generasi bangsa ini yang melestarikan kesenian yang sudah bertahuntahun tumbuh di Tanah Air kita. Hidup matinya Wayang Golek tergantung sejauh mana masyarakat melestarikannya. Jika masyarakat membiarkannya, maka ia akan hilang sebagai kesenian Indonesia.
Wayang golek sendiri mayoritas di gemari di daerah jawa barat, hal itu di karenakan bahasa yang digunakan dalam pementasan wayang golek biasanya adalah bahasa sunda (bahasa sehari-hari yang digunakan dan dipahami warga jawa barat). Namun kendala tersebut tentunya bukan menjadi alasan dan halangan bagi perkembangan wayang golek untuk go nasional dan internasional. Jika melihat realita yang ada justru perkembangan pementasan wayang golek dari tahun ke tahun semakin mendekati kepunahan, hal ini bisa terlihat dengan semakin jarangnya acara-acara pementasan wayang golek. Dulu biasanya kalau ada acara hajatan pernikahan atau khitanan sering didatangkan wayang golek, namun belakangan lebih banyak menyuguhkan organ tunggal, mengundang artis terkenal, dll. Selain itu, kita tahu bahwa harga pementasan wayang golek sangatlah mahal, karena banyaknya unsur yang berperan dalam pementasan wayang golek tidak hanya satu atau dua orang saja, tetapi terdapat peran faktor internal dan eksternal didalamnya. Serta keberadaan dalang-dalang yang berkualitaspun semakin sedikit, hal itu bisa dilihat ketika even atau ajang-ajang adu dalang yang memperlombakan kemampuan dalang dalam memainkan wayangnya yang semakin hari semakin sedikit yang mengikuti ajang tersebut. Padahal ajang tersebut merupakan suatu indikator yang dapat menilai kemampuan dan keberadaan dari kuantitas dalang yang ada di Indonesia, khususnya dalang wayang golek.
Indikator yang lainnya adalah masyarakat di daerah jawa barat sekarang lebih cenderung menyukai pertunjukan atau tontonan lain selain wayang golek, memang masih ada yang masih menyukai dan menonton pementasan wayang golek, akan tetapi untuk sekarang mungkin bisa dihitung jumlahnya mana yang masih senang dengan wayang golek dengan yang tidak senang dengan wayang golek. Beberapa tahun yang lalu mungkin kita masih bisa melihat penayangan wayang golek di stasiun televisi, namun untuk sekarang sangatlah jarang kita melihat suatu pementasan wayang golek di stasiun televisi. Jika melihat dari berbagai fenomena yang terjadi tersebut kita bisa merasakan dan menyimpulkan bahwa bagaimana wayang golek bisa go nasional dan internasional jika untuk berkembang di daerah sendiri saja sudah sulit dan sudah jarang digemari oleh masyarakat, minimnya ekspos ke dalam berbagai media, baik itu media massa, surat, media televisi, dan lain-lain serta kuantitas dari dalang itu sendiri semakin berkurang. Oleh karena itu, ini merupakan suatu masalah yang sangat besar, yang tentunya harus dicari segera mungkin pemecahahan masalah dan solusinya. pemerintah Indonesia harus bisa menemukan suatu cara atau kebijakan inovatif untuk menjaga kelestarian wayang golek agar tidak punah ditelan oleh zaman.

 Identitas suatu bangsa dan negara dapat terlihat dari budayanya, Indonesia yang kaya akan budaya akan terlihat maju dan di pandang oleh negara lain jika dapat melestarikan dan menunjukkan eksistensi budaya tersebut. Ambil contoh negara Jepang, walaupun sudah menjadi negara dengan tingkat perekonomian yang maju, tetapi masih menjungjung tinggi dan melestarikan budayanya tersebut. Negara maju saja masih melestarikan dan mengerti bahwa kebudayaan dalam suatu negara itu penting sebagai identitas suatu negara, sedangkan Indonesia? malah kebudayaan milik dan warisan kita sendiri sekarang oleh negara lain masih suka di akui bahwa kebudayaan milik Indonesia adalah kebudayaan miliknya, bukan milik Indonesia. Hal ini semakin menandakan bahwa Indonesia itu adalah negara kaya akan kebudayaan, namun kebudayaan tersebut jika tidak dikembangkan dan dilestarikan di negara ini sehingga dapat dengan mudah negara lain menuduh bahwa beberapa kebudayaan milik Indonesia adalah miliknya. Kita berharap ke depannya tidak akan terjadi hal demikian, serta adanya suatu kesadaran pula dari masyarakat tentang pentingnya mengenal dan melestarikan budaya Indonesia, khususnya wayang golek.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar