Kamis, 29 Oktober 2015

Azizzah Retno Yulivian_1506714321_Merosotnya Popularitas Kesenian Betawi

(Azizzah Retno Yulivian_1506714321) Merosotnya Popularitas Kesenian Betawi

A. Kesenian Betawi
Kesenian di Indonesia makin lama kian punah. Naiknya tentang globalisasi yang kian marak membuat remaja Indonesia hamper melupakan tentang kesenian Indonesia sendiri. Contohnya adalah kesenian betawi. Makin hari makin hampir punah kesenian yang berada di ibu kota kita Negara Indonesia ini.



Para seniman betawi di indoneisa rata-rata sudah berumur lanjut usia. Sangat sedikit sekali penerus –penerus kesenian dari kalangan remaja Indonesia. Sanggar-sanggar tradisional betawi juga makin hari kian hampir punah. Kepedulian pemerintah pun sudah sangat sedikit tentang pelestarian kesenian betawi. Kurangnya promosi terhadap kebudayaan kita sangat mempengaruhi bagaimana kesadaran dan ketertarikan terhadap kesenian Indonesia.


B. Perkembangan Kesenian Betawi
Menurut yang dilampirkan pada m.republika.com ,disini dijelaskan bahwa sudah sangat sedikit sekali sanggar-sanggar betawi yang masih kian melestarikan kesenian betawi. Bahkan bisa dihitung dengan jari . menurut bapak Beno R. Benyamin selaku ketua yayasan Benyamin Sueb, bahwa pada tahun 1986 tercatat ada 579 sanggar betawi, tetapi setelah memasuki tahun 2000-an sampai sekarang, makin menurun sampai bisa dihitung dengan jari. Menurut bapak Beno juga, kurangnya publikasi ditelevisi hotel-hotel atau tempat umum lainnya di Jakarta maupun di Indonesia juga mempengaruhi. Beliau membandingkan dengan di Yogyakarta dan Jawa Barat masih tetap meelstarikan kebudayaannya.

C. Harapan dan Solusi
Dizaman yang serba modern ini sebaiknya pemeritah khusunya kota Jakarta dapat lebih menegaskan tentang kesenian Betawi di Jakarta. Promosi kesenian ini harus lebih digencarkan lagi dengan cara memasukkan iklan-iklan tentang kesenian betawi dihotel-hotel atau tempat rekreasi atau ditempat umum lainnya. Kalau bisa disetiap temoat rekreasi  atau tempat yang sring dikunjungi turis atau remaja Indonesia harus minimal seminggu 3x dapat menampilkan keseian Indonesia terutama kesenian betawi.


Tujuan dari kegiatan seperti itu adalah agar lebih memancing kesadaran anak-anak bahkan remaja Indonesia tentang kesenian Indonesia. Lalu menarik perhatian para turis untuk lebih dapat mengetahuidan menghargai tentang kesenian Indonesia. Apalagi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia yang sering dikunjungi turis. Dan kita dapat meniru Bali yang sangat sering menampilkan kebudayaannya. Dengan seperti itu kesenian Indonesia terutama Betawi dapat terangkat kembali. 


Daftar Pustaka
http://www.republika.co.id/berita/koran/urbana/15/04/20/nn3l0718-sanggar-betawi-terancam-punah

( Reza Indra Mulia(Reja) - 1506714391 ) Globalisasi dan Memudarnya Seni Tradisi


Globalisasi dan memudarnya seni tradisi
Oleh Reza Indra Mulia


            A. Globalisasi
Globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya. Kemajuan infrastruktur transportasi dan telekomunikasi, termasuk kemunculan telegraf dan Internet, merupakan faktor utama dalam globalisasi yang semakin mendorong saling - ketergantungan (interdependensi) aktivitas ekonomi dan budaya. Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Globalisasi sendiri merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang lalu, dan mulai begitu populer sebagai ideologi baru sekitar lima atau sepuluh tahun terakhir. Sebagai istilah, globalisasi begitu mudah diterima atau dikenal masyarakat seluruh dunia. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar.
Tujuan dan harapan : Tujuan pembuatan artikel ini yaitu Mengetahui pengaruh globalisasi terhadap eksistensi kebudayaan daerah, dan meningkatkan minat remaja Indonesia untuk lebih mengenal seni tradisi itu sendiri, karena seni tradisi adalah jati diri bangsa. Dengan dibuatnya artikel ini bisa menggerakkan masyarakat Indonesia khususnya remaja untuk lebih menghargai dan melestarikan Seni tradisi.

            B. Globalisasi terhadap seni tradisi di Indonesia

1.      Globaliasi dan Indonesia
Negara Indonesia sendiri, bisa dilihat dari masyarakatnya yang sangat menjunjung nilai budaya tetapi lama kelamaan nilai budaya dan seni hanyut termakan globalisasi. Peran globalisasi disini sangat utama dalam mengkikis minat generasi muda kita untuk menyukai seni budaya mereka sendiri, seperti yang bisa kita lihat sekarang bahwasannya kebanyakan remaja di Indonesia lebih menyukai budaya luar yang lebih di anggap keren dan modern tidak seperti budaya Indonesia, Kpop, Event DJ, cara berpakaian, dan masih banyak lagi.
2.      Dampak Positif dan Negatif Terhadap Seni Tradisi
Globalisasi bagi seni dan tradisi berdampak Negatif dan positif, disisi lain dapat bermanfaat dan bisa juga tidak bermanfaat. Dampak positifnya Meningkatkan pembelajaran mengenai tata nilai sosial budaya, cara hidup,  pola pikir yang baik, maupun ilmu pengetahuan dan teknologi dari bangsa lain yang telah maju. Meningkatkan etos kerja yang tinggi, suka bekerja keras, disiplin, mempunyai jiwa kemandirian, rasional, sportif, dan lain sebagainya. Di samping itu ada juga dampak negatifnya seperti, sikap masyarakat Indonesia yang hanya meniru budaya luar, dan kurangnya kesadaran terhadap seni tradisi, Perilaku konsumtif, Membuat sikap menutup diri, berpikir sempit, Mudah terpengaruh oleh hal yang tidak sesuai dengan kebiasaan atau kebudayaan suatu Negara.


3.      Faktor yang mempengaruhi memudarnya seni Tradisi
Faktor yang mempengaruhi memudarnya seni tradisi di Indonesia dikarenakan dari masyarakat itu sendiri dan juga pemerintah, kurangnya kemauan generasi muda untuk mempelajari seni tradisi adalah salah satu factor pudarnya. Adanya rasa gengsidi kalangan masyarakat, khususnya dari kalangan generasi muda, bahwa memainkan alat musik tradisional dan menyanyi lagu daerah  tidak mencerminkan suatu kemodernan.  Hal seperti itu dianggap sebagai sesuatu yang kuno. pemerintah kurang gencar dalam mensosialisasikan alat musik tradisional dan lagu daerah (kesenian)  daerah. Sehingga karena ketidakpedulian tersebut, masyarakat juga menjadi tidak peduli. Akibatnya, kesenian daerah semakin pudar dari hari ke hari. Kurangnya apresiasi pemerintah terhadap karya anak daerah sendiri, Tidak adanya regenerasi kesenian. Dalam hal ini, tidak adanya pewarisan kesenian  yang dilakukan oleh orang tua kepada anaknya. Sehingga pengetahuan tentang kesenian daerah akan semakin menurun dan bisa saja menghilang. Ketidak pedulian masyarakat untuk melestarikan kesenian daerahnya masing  masing.Kurangnya wadah untuk berbagi informasi tentang kesenian  daerah dan masih banyak lagi penyebab lain yang menyebabkan memudarnya kesenian daerah Pemerintah sendiri dirasakan kurang ambil bagian dalam melestarikan budaya Indonesia kita tercinta ini. Kurangnya penghargaan dari pemerintah terhadap Seni dan budaya Indonesia menjadikan orang-orang enggan untuk ambil bagian dalam melestarikan seni tradisional Indonesia. 
           C. Penutup
Kesimpulan, Pengaruh globalisasi menggambil peran penting dalam punahnya kebudayaan bangsa Indonesia, saat itu juga generasi muda kita lebih memilih budaya asing di bandingkan budaya sendiri disini masyarakat dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi masalah seni dan budaya Indonesia. Banyak cara yang bisa di lakukan pemerintah atau masyarakat itu sendiri, seperti menyelenggarakan event Seni dan budaya Indonesia, minimal sebulan sekali di daerah tempat mereka tinggal. Disisi lain Pemerintah perlu mengkaji ulang peraturan yang menyebabkan pergeseran budaya bangsa.
Sumber : 

http://kiarizkia.blogspot.co.id/2012/09/memudarnya-kesenian-daerah.html
https://docs.google.com/document/d/1JJYHZQ9eKr0uipLj8CEGELj3uj65sieLrZpzR9KfHpA/edit?hl=in

Rabu, 28 Oktober 2015

(Ahmad Halilintar Sudja'i(Lilin))- 1506761280) Asal Mula Reog Ponorogo Yang Mengagumkan

A.       Selayang Pandang Reog Ponorogo
Reog ponorogo merupakan salah satu seni tarian di Jawa Timur yang sampai saat ini masih terus di lestarikan. Reog ini merupakan kebudayaan dan kesenian asli Indonesia. Memang budaya dan seni ini sering dikaitkan dengan hal-hal yang berbau mistis, oleh karenanya tak jarang sering dihubungkan dengan dunia kekuatan spiritual bahkan dunia hitam.Reog ponorogo merupakan salah satu seni tarian di Jawa Timur yang sampai saat ini masih terus di lestarikan. Reog ini merupakan kebudayaan dan kesenian asli Indonesia. Memang budaya dan seni ini sering dikaitkan dengan hal-hal yang berbau mistis, oleh karenanya tak jarang sering dihubungkan dengan dunia kekuatan spiritual bahkan dunia hitam.
B.      Sejarah Asal Mula Reog Ponorogo
Meski terdapat berbagai versi terkait asal mula reog, tapi cerita yang paling populer dan berkembang di masyarakat adalah cerita tentang pemberontakan seorang abdi kerajaan pada masa kerajaan Majapahit terakhir Bhre Kertabhumi yang bernama Ki Ageng Kutu Suryonggalan. Bhre Kertabhumi merupakan raja Majapahit yang berkuasa pada abad ke-15.
Raja ini sangat korup dan tidak pernah memenuhi kewajiban layaknya seorang raja, sehingga membuat Ki Ageng Kutu murka kepada sang raja. Apalagi terhadap permaisurinya yang keturunan Cina itu memiliki pengaruh kuat terhadap kerajaan. Bukan hanya itu saja, rekan-rekan permaisurinya yang keturunan Cina mengatur dari atas segala gerak-geriknya. Ki Ageng Kutu memandang, kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir. Lalu dia meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan yang mengajarkan seni bela diri, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan kepada anak-anak muda. Harapannya, anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan kerajaan Majapahit kembali. Sukur-sukur bisa melakukan perlawanan terhadap kerajaan.
Hanya saja, Ki Ageng Kutu menyadari, bahwa pasukannya terlalu kecil melakukan perlawanan terhadap pasukan kerajaan. Maka dari itu, Ki Ageng Kutu hanya bisa menyampaikan pesan dan sindirian melalui pertunjukan seni Reog. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog. Seni reog digunakan oleh Ki Ageng Kutu sebagai sarana mengumpulkan massa untuk melakukan perlawanan terhadap kerajaan. Hal terpenting adalah sebagai saluran komunikasi yang efektif bagi penguasa pada waktu itu untuk menyindirnya.
Dalam pertunjukannya, ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai "Singa barong". Kemudian topeng berbentuk raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabhumi. Diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Cinanya. Jatilan, diperankan oleh kelompok penari gemblak yang menunggangi kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit. Ini menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan warok, yang berada dibalik topeng badut merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu. Jathilan merupakan tarian yang menggambarkan ketangkasan prajurit berkuda yang sedang berlatih di atas kuda. Tokohnya disebut dengan Jathil. Sementara Warok adalah orang yang memiliki tekad suci, memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih.
Kepopuleran Reog Ki Ageng Kutu akhirnya menyebabkan Bhre Kertabhumi mengambil tindakan dan menyerang perguruannya. Pemberontakan oleh warok dengan cepat diatasi, dan perguruan dilarang untuk melanjutkan pengajaran akan warok. Namun murid-murid Ki Ageng kutu tetap melanjutkannya secara diam-diam. Meski begitu, kesenian Reog sendiri masih diperbolehkan untuk dipentaskan karena sudah menjadi pertunjukan populer di antara masyarakat, namun jalan ceritanya memiliki alur baru di mana ditambahkan karakter-karakter dari cerita rakyat Ponorogo yaitu Kelono Sewandono, Dewi Songgolangit, dan Sri Genthayu.
Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning Namun, di tengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singabarong dari Kediri. Pasukan Raja Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono dan Wakilnya Bujang Anom, dikawal oleh warok (pria berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini memiliki ilmu hitam mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam keadaan "kerasukan" saat mementaskan tariannya.
C.      Reog Ponorogo pada Zaman Sekarang
Perubahan zaman dan perilaku manusia menyebabkan terjadinya pergeseran makna yang terkandung dalam kesenian Reog Ponorogo. Masyarakat Ponorogo saat ini mengganggap kesenian reog merupakan pelengkap dari sebuah acara atau hanya berupa sebuah hiburan saja. Misalnya pementaasan reog dilombakan pada acara-acara tertentu untuk memeriahkan acara tersebut, salah satunya perlombaan dalam festival.
Permainan seni reog selalu diiringi dengan musik tradisional atau disebut juga dengan gamelan. Peralatan musik yang biasanya digunakan sebagai pengiring reog yaitu gong, terompet, kendang, ketipung, dan angklung.
Masyarakat biasanya mementaskan reog saat acara khitanan, pernikahan, hari-hari besar nasional, dan festival tahunan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Ponorogo. Festival tersebut terdiri dari Festival Reog Nasional, Festival Reog Mini Nasional dan Pertunjukan pada Bulan Purnama yang diselenggarakan di alun-alun Ponorogo. Festival Reog Nasional selalu dilaksanakan setiap tahun menjelang bulan Muharam atau dalam traidisi Jawa disebut dengan bulan Suro. Pertunjukan ini merupakan rentetan acara–acara Grebeg Suro dan Ulang Tahun Kota Ponorogo.

Sumber referensi




Selasa, 27 Oktober 2015

(Tasya Dewi Septiavie - 1506761412) Turunnya Kepopuleran Kesenian Wayang Orang

Turunnya Kepopuleran Kesenian Wayang Orang


Oleh: Tasya Dewi Septiavie






A. Asal-usul Wayang Orang

Di Indonesia, tepatnya di Pulau Jawa, khususnya daerah Jawa Tengah terdapat berbagai jenis macam kesenian tradisional. Jenis-jenis kesenian tradisional tersebut di antaranya adalah kesenian Wayang Orang. Wayang Orang atau yang biasa disebut “Wayang Wong” merupakan seni tradisional khas Jawa. Sesuai dengan namanya, Wayang Orang diperankan oleh orang asli yang memakai kostum dan hiasan layaknya Wayang Kulit. Cerita yang diperankan didasarkan pada kisah Ramayana dan Mahabarata yang berisi moral. Namun, sekarang ini seni pertunjukkan Wayang Orang sudah jarang karena orang-orang menganggap  jika pertunjukkan seni seperti adalah kuno dan membosankan. Serta masyrakat sekarang yang lebih menaruh minat mereka pada pertunjukkan seni modern ataupun pagelaran konser artis-artis Internasional bahkan lebih memilih sibuk dengan gadget mereka sendiri. Hal ini juga yang membuat keberadaan seni pertunjukkan tradisional makin luntur.

Rustopo mengutip Soedarsono (R.M. Soedarsono, "Wayang Wong Drama Tari  Ritual Kenegaraan di Keraton Yogyakarta") yang menyebutkan bahwa  Keraton Yogyakarta dan Pura Mangkunegaran adalah tempat kelahiran wayang  orang ketika kesusasteraan Jawa mengalami masa renaissance  pada abad ke 18-19, yang ditandai dengan penulisan kembali kakawin  (Jawa Kuno) dalam bahasa susastra Jawa Baru. Sesungguhnya kerajaan-kerajaan di Jawa Timur abad ke 10 hingga ke 15, sendratari wayang orang yang  menceritakan Ramayana dan Mahabarata ini juga sudah dikembangkan. Untuk Pertama kalinya Wayang Orang dipentaskan secara terbatas pada tahun 1760. Walaupun masih tetap terbatas dinikmati oleh kerabat keraton dan para pegawainya. Namun lambat laun Kesenian Wayang orang mulai disukai oleh masyarakat umum. 

Pada masa pemerintahan Mangkunegoro VII (1916 -1944) kesenian Wayang Orang mulai diperkenalkan pada masyarakat di luar tembok keraton. Usaha memasyarakatkan kesenian ini makin pesat ketika Sunan Paku Buwana X (1893-1939) memprakarsai pertunjukan Wayang Orang bagi masyarakat umum di Balekambang, Taman Sri Wedari, dan di Pasar Malam yang diselenggarakan di alun-alun. Para pemainnya pun, bukan lagi hanya para abdi dalem, melainkan juga orang-orang di luar keraton yang berbakat menari. Penyelenggaraan pertunjukan Wayang Orang secara komersial baru dimulai pada tahun 1922. Mulanya, dengan tujuan mengumpulkan dana bagi kongres kebudayaan. Setelah itu Wayang Orang juga menyebar ke Yogyakarta. Pada zaman pemerintahan Sultan Hamengkubuwono VII (1877 -1921) keraton Yogyakarta dua kali mempergelarkan pementasan Wayang Orang untuk tontonan kerabat keraton. Pakaian para penari Wayang Orang pada awalnya masih amat sederhana, tidakjauh berbeda dengan pakaian adat keraton sehari-hari, hanya ditambah dengan selendang tari. Baru pada zaman Mangkunegoro VI (1881-1896), penari Wayang Orang mengenakan irah-irahan terbuat dari kulit ditatah apik, kemudian disungging dengan perada.


B. Salah Satu Kesenian Wayang Orang yang Terkenal
1. Masa Kepopuleran
Salah satu kesenian Wayang Orang yang terkenal pada masanya adalah Wayang Orang di Surakarta, Wayang Orang Sriwedari. Masa kejayaan pertunjukan Wayang Orang Sriwedari yang berwujud rangkaian cerita pada periode 1960 hingga 1970-an. Wayang Sriwedari tidak hanya terkenal di lokal, namun banyak orang luar bahkan turis asing yang ikut melihat pertunjukkan Wayang Orang Sriwedari ini. Periode tahun 1945 sampai dengan tahun 1965 merupakan generasi kedua dari Wayang Wong Sriwedari. Periode ini juga dinyatkaan sebagai masa kejayaan Wayang wong Sriwedari. Dimana seni pertunjukan tradisional ini memang banyak menyerap banyak penonton, tidak saja masyarkaat Jawa, tetapi juga amat disukai oleh: Bangsa Tionghoa dan bangsa-bangsa lainnya yang tinggal di dalam dan di luar negeri.





2. Turunnya Popularitas Wayang Orang
Merosotnya seni wayang orang di Mangkunegaran sebagai akibat dari  krisis ekonomi di keraton. Sekiranya Gan Kan tidak melanjutkan seni tradisi wayang orang tersebut diluar keraton, kemungkinan besar warisan seni wayang orang ini akan hilang untuk selamanya. Dan atas peranannya, seni wayang orang dari keraton itu bergeser menjadi bagian seni tradisi pertunjukkan masyarakat yang tidak sakral lagi (desakralisasi) atau menjadi pertunjukkan hiburan yang bersifat komersil dan populis dalam bentuk wayang panggung (komersil). Pada tahun 1895, Gan Kam yang dikenal sebagai perintis yang mempopulerkan wayang orang Mangkunegoro membentuk rombongan wayang orang komersil pertama yang sebagian besar pemainnya direkrut dari mantan abdi dalem penari wayang orang Mangkunegaran yang diberhentikan.

John McGlynn, Ketua Pembina Yayasan Lontar mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan wayang kurang populer di mata anak muda yaitu produk lama, bahasa, kemasan dan waktu. Ki Dalang Rohmad Hadiwijoyo mengaku prihatin dengan kondisi wayang di Indonesia yang mulai ditinggalkan oleh generasi muda Indonesia. Padahal, Wayang adalah salah satu karya adiluhung Indonesia yang menyebarkan pesan moral yang penuh makna. Rohmadi melihat lunturnya budaya wayang di mata anak muda karena orang tua kurang memperkenalkan budaya wayang kepada anak sejak dini mereka sehingga ketika anak itu tumbuh dewasa, anak itu lebih mengenal dengan cerita-cerita komik yang notabene berasal dari luar Indonesia. Faktor lainnya adalah ketika para penikmat seni Wayang Orang yang itu-itu saja serta para pemain Wayang Orang yang sudah semakin tua.

Rohmadi mengatakan saat ini pergelaran wayang sudah bisa menggunakan bahasa Indonesia bahkan bahasa Asing, tempat pergelarannya pun bukan di lapangan desa tapi sebuah pusat perbelanjaan untuk menarik minat orang dan masalah waktu, pergelaran wayang bisa digelar pada Siang hari.





3. Pertunjukkan Wayang Orang yang Masih Ada
Pertunjukkan wayang orang yang masih ada saat ini, salah satunya adalah wayang orang Barata (di kawasan Pasar Senen, Jakarta) seni pentas yang berasal dari Jawa. Dalam sebuah Wayang Orang, sandiwara yang diselingi dengan lagu-lagu Jawa, yang diiringi dengan gamelan yang disajikan.Tema cerita dalam sebuah pertunjukan Wayang Orang bermacam-macam. Biasanya diambil dari cerita legenda atau sejarah Jawa. Banyak pula diambil cerita dari Ramayana dan Mahabarata. Seni pertunjukkan Wayang Orang juga terkadang masih ditayangkan di televisi-televisi lokal, misalnya TVOne, iNewsTV, dan TVRI.

Kemudian kebudayaan yang telah ada seperti kebudayaan tradisional akan tergeser bahkan akan hilang terganti oleh kebudayaan baru/ modern. Orang-orang akan lebih mengandalkan kebudayaan baru dan meninggalkan kebudayaan tradisional karena dianggap kebudayaan itu adalah kebudayaan yang kuno dan pantas di tinggalkan. Jadi keberadaan kebudayaan tradisional saat ini sangat mengkhawatirkan. Kita sebagai penerus bangsa harus dapat melestarikan budaya sendiri, budaya tradisional. Jangan sampai budaya itu punah tertelan waktu yang ke era globalisasi.


C. Penutup
1. Kesimpulan
Popularitas kesenian Wayang Orang pada masa kini mulai turun seiring berkembangnya IPTEK dan kurangnya kesadaran para generasi muda terhadap kesenian tradisional Indonesia. Seiring berjalannya waktu, kesenian Wayang Orang mulai turun kepopulerannya karena kalah dengan kesenian-kesenian yang modern. Itulah kenapa, untu sekarang ini, para generasi muda yang dituntut untuk lebih melestarikan kesenian dan seni tradisional Indonesia yang mulai turun kepopulerannya.

2. Solusi
Salah satu solusi agar kesenian Wayang Orang tidak luntur pada masa kini atau agar para generasi muda tetap melestarikannya adalah bisa dimulai dari diri kita sendiri. Misalnya, jangan terlalu terlena dengan pola hidup yang kebarat-baratan. Maksudnya, kita boleh saja mengikuti perkembangan, tetapi jangan melupakan juga kesenian tradisional negara sendiri. Dengan sering menonton pertunjukkannya jika ada. Namun, dari beberapa televisi lokal terkadang menayangkan acara pertunjukkan seni Wayang maupun Wayang Orang ataupun Wayang Kulit.

3. Saran
Seharusnya kita sebagai penerus bangsa, kita harus tetap mengikuti perkembangan budaya modern tapi jangan sampai kita meninggalkan budaya sendiri. Jangan sampai kejadian kemarin seperti pengklaiman budaya terjadi kembali. Para orangtua juga seharusnya lebih mengenalkan kesenian tradisional Indonesia pada anak mereka sejak usia dini.  


Sumber referensi:
http://budidayabudaya.com/wayang-orang-seni-tradisional-khas-wong-jowo/
http://www.antaranews.com/berita/264265/mengapa-budaya-wayang-luntur-
http://www.antaranews.com/berita/209772/seniman-tiga-kota-gelar-wayang-orang-sriwedari
https://www.facebook.com/notes/wayang-nusantara-indonesian-shadow-puppets/liputan-wayang-orang-sriwedari-oleh-tvone-tepi-jaman/428412796109

Priska Andini 1506714422 Angklung, Kesenian Jawa Barat yang Mendunia

Angklung, Kesenian Jawa Barat yang Mendunia


Oleh : Priska Andini

A.   Angklung dan Dinamikanya







Jika mendengar kata “angklung”, maka yang terbayang dalam benak kita adalah alunan musik yaang berasal dari bambu memainkan lagu-lagu sederhana, tradisional, dan berkesan konvensional. Fenomena ini sama sekali tidak dapat di persalahkan mengingat hingga kini lagu angklung tradisional tetap dipertahanakan, karena bagaimana pun akar dari musik angklung adalah musik daerah tersebut. Musik Angklung pun tidak menegenal adanya segmentasi. Golongan apapun, dan usia berapa pun tanpa terkecuali. Ya itu semua karena sangatlah mudah untuk memainkan angklung, jika memperhatikan hal tersebut sangatlah disayangkan jika angklung tidak mendapatkan perhatian yang layak dan tidak mendapatkan tempat sebagaimana mestinya. Apalagi kita semua tau bahwa angklung sudah dikenal di dunia internasional.
B.   Eksistensi Angklung  dalam Menghadapi Era Globalisasi
Indonesia memiliki beragam kebudayaan. Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana kita sebagai generasi penerus bangsa dapat melestarikan kebudayaan negara kita sebagai bagian dari identitas diri bangsa. Angklung merupakan salah satu budaya Jawa Barat yang menjadi khasanah bangsa. Mungkin kebanyakan orang menilai bahwa angklung hanyalah simbol budaya sunda. Padahal kenyataannya, angklung bisa menjadi kebanggaan bangsa Indonesia untuk disejajarkan dengan budaya dari bangsa lain. Dengan begitu angklung bukan hanya milik masyarakat Sunda, melainkan milik masyarakat bangsa Indonesia. Kebudayaan itu selalu dinamis, dalam tahapan historis perkembangan suatu budaya dibagi menjadi tiga tahapan yaitu masa dulu, masa kini, dan masa depan. Beberapa sumber mengatakan bahwa ada kemungkinan angklung sudah dikenal sejak zaman Neolitikum. Di lain pihak catatan mengenai keberadaan angklung baru ada sejak kerajaan Sunda berdiri sekitar abad 12. Bukti tertulis keberadaan angklung dapat dilihat di Prasasti Cibadak tahun 1031 SM di Sukabumi, Jawa Barat.


Dalam mitosnya, angklung dulu digunakan sebagai bagian ritual yang mengawali penanaman padi. Hal itu muncul ketika masyarakat Sunda yang agraris dan memiliki sumber mata pencaharian sebagai petani padi. Permainan angklung disajikan dalam pertunjukan arak-arakan yang dikenal dengan iring-iringan Rengkong dan Jampana (usungan pangan) dan dari sinilah muncul mitos terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai Dewi Padi yang akan turun ke bumi dan akan memberikan kesuburan pada padi yang ditanami oleh rakyat dengan dimainkannnya musik angklung.
Angklung tidak lagi berfungsi hanya sebagai sarana upacara keagamaan, melainkan menjadi alat pendidikan musik nasional, yang mempuk nilai kerjasama, disiplin, keterampilan, dan tanggung jawab. Tujuan dijadikan alat pendidikan adalah untuk membangkitkan perhatian masyarakat Indonesia terhadap musik tradisional dan mengembangkan musikalisasinya sebagai kekayaan budaya bangsa. Oleh karena itu, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI menyakan angklung sebagai alat pendidikan musik nasional dengan diterbitkannya Surat Keputusan No. 187/1967 pada tanggal 23 Agustus 1968. Di Argentina angklung  juga sudah mulai dikenal, dimana angklung dijadikan pelajaran disekolah. Pada tahun 2002 Departemen Luar Negeri RI juga memberikan kesempatan kepada siswa dan siswi mancanegara untuk mempelajari dan mengenal lebih dalam musik angklung. Sehingga angklung juga berfingsi sebagai media untuk menjalin persahabatan dengan negara lain.


Pengakuan terhadap keberadaan angklung oleh dunia internasional pertama kali dilakukan oleh musikus besar asal Autralia yaitu Igor Hmel Nitsky pada tahun 1955, dan semakin terkenal hingga sekarang.

Bahkan rekor dunia bermain angklung pernah diciptakan di Beijing, China yang melibatkan 5.393 peserta di Stadion Buruh Beijing. Acara tersebut diselenggarakan oleh KBRI. Sementara itu di tanah air, khususnya di Jawa Barat kita juga bisa menikmati wisata angklung. Salah satunya di Saung Angklung Udjo yang terletak di Jalan Padasuka No 118, Bandung. Di sini hampir setiap hari diadakan pertunjukan angklung. Wisata angklung bisa menjadi pilihan menarik untuk liburan Anda. Jadi Anda bisa turut serta menikmati dan belajar kesenian khas Indonesia ini.

C.   Angklung Dimasa Kini dan Mendatang

Eksistensi musik angklung di masa yang akan datang, akan sangat berpengaruh pada kesungguhan kita dalam mengelola dengan penuh perhatian tanpa adanya maksud untuk membela kepentingan kelompok tertentu. Angklung memang sudah di kenal di dunia merupakan kesenian Indonesia khususnya Jawa Barat dan yang menjadi tugas kita bersama untuk tetap menjaga dan melestarikan kesenian tradisional yang kita miliki.

Sebagai generasi penerus bangsa kita patut melestarikan budaya tradisional yang ada. Khususnya angklung, jangan sampai nantinya warga asing lebih mengetahui kebudayaan tradisional negara kita, dibanding kita sebagai pemilik kebudayaan tersebut.

Refrensi

https://id.wikipedia.org/wiki/Angklung
http://www.andriewongso.com/articles/details/14430/Bandung-Pecahkan-Rekor-Pemain-Angklung-Terbanyak-di-Dunia